Kamis, 24 Desember 2009

prinsip dalam praktek, pasang surut, label dan lainnya

pertama, katakan pada diri anda sendiri apa yang anda inginkan, kemudian lakukan apa yang harus anda lakukan (Epictetus, Discourses)
riset dan penelitian telah gagal menemukan hubungan antara faktor genetik atau keturunan dengan bakat atau kecerdasan alami seseorang (michael Howe, Sense and Nonsense About Hothouse Children)

Dengan bantuan Barrow Community Learning Partnership (Education Action Zone) kesempatan telah muncul untuk mengeksplorasi dan menguji batasan-batasan dan kemungkinan dari prinsip prinsip yang diuraikan dalam bab ini, dan dengan demikian berusaha untuk memenuhi tantangan yang kini menghadang semua sekolah dan dinas pendidikan setempat : tuntutan dari dua agenda yang penting, yaitu meningkatkan prestasi dan mempromosikan inklusi. sementara dua agenda ini dapat dengan mudah saling bertentangan, tapi baik itu keyakinan maupun pengalaman kami mengatakan bahwa agenda ini tidak perlu melalui hukum alam menjadi kontradiktif. diberikan kerangka kebijakan yang memungkinkan mereka dapat saling mendukung. buku ini membantu untuk menetapkan sebuah kerangka, dengan harapan agar sekolah akan memilih untuk menerima tantangan kontemporer dari pengaturan untuk memenuhi kebutuhan semua siswa melalui penekanan pembelajaran cerdas berbakat istimewa, daripada pembelajaran tradisional, sepintas menarik tetapi pada akhirnya tidak memenuhi pendekatan test-dan-penempatan. kerangka ini tidak dimaksudkan untuk menjadi bersifat menentukan, dan berharap masing-masing sekolah maupun guru akan menggunakan kreativitas dan fleksibilitasnya masing-masing, sesuai dengan kebutuhan maupun kondisi di lapangan. tentu saja tidak ada satu sekolahpun dibawah the Barrow Community Learning Partnership yang akan yang akan mengklaim monopoli atas pencapaian dan inklusi dalam parameter kebijakan untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa, tetapi ada banyak yang memegang prinsip-prinsip ini dan menerapkannya secara otentik maupun dikembangkan lagi. mereka cenderung menjadi sekolah yang mengakui kenyataan dari pepatah Professor Joe Renzulli yang makin terkenal, yaitu 'pasang naik mengangkat semua kapal'.

dalam membela dan menetapkan tantangan dan kemungkinan dari sekolah inklusif yang benar-benar berdasarkan visi pendidikan cerdas berbakat istimewa, saya merasa perlu untuk mengidentifikasi dan menangkap beberapa posisi yang tidak buku ini pentingkan:
  1. semua anak memiliki kecenderungan menjadi luar biasa yang setara.
  2. prestasi di bidang kurikulum tradisional tidak pantas dirayakan.
  3. aktivitas pengayaan dan penyuluhan yang hanya melibatkan sebagian kecil siswa ke tingkat tertinggi tidak begitu diperlukan.
  4. ada kebaikan atau moral yang tinggi yang diperlukan untuk mendevaluasi konsep cerdas berbakat istimewa, atau keterkaitannya bahwa pendekatan ini lebih berhutang pada ambisi teknik sosial daripada kenyataan sosial.
  5. menerapkan kebijakan inklusif pada kenyataan itu mudah.

sebaliknya, secara berurutan

  1. tentu saja kita tidak dilahirkan dalam keadaan yang "sama". Michael Howe, senior penyangkal argumen determinisme genetik di dunia keberbakatan, memenuhi syarat pernyataannya mengenai kurangnya bukti penelitian penjelasan genetik untuk bakat alami dengan memberikan point "... akan benar-benar salah untuk menyimpulkan bahwa semua bayi lahir identik, sejauh ini prekursor (pertanda) dari perbedaan kemampuan saling terkait. memang ada perbedaan antara bayi, beberapa di antaranya mungkin bawaan dan mungkin turunan, yang dapat memiliki berbagai macam efek pada perkembangannya kemudian"(Howe 1990:112). hanya saja "outcome/output" dari perbedaan ini tidak tetap, tidak langsung, dan tidak dapat diprediksi. saya akan berargumen bahwa hanya melalui memproklamirkan universalitas dari perbedaan individu dan bakat untuk menjadi luar biasa (baik yang disadari maupun yang masih tertidur) yang dapat menyangkal kesetaraan dari keberagaman bakat anak-anak, menyarankan bahwa bakat Einstein setara/sama dengan bakat Picasso (atau sebaliknya) dan hanya dibedakan oleh domain prestasi, bagi saya terlihat absurd dan tidak relevan dan mengkhianati fiksasi(pendapat yang mendalam) abad ke duapuluh mengenai peringkat, dan mengukur yang tidak dapat diukur dan tak dapat digolongkan. dalam hal yang lebih sederhana, dalam tingkat sekolah, memandang bahwa bakat Paul dan Clare itu setara (dalam bakat apapun juga) tampaknya sama sekali tidak menolong.
  2. dalam mengidentifikasi, memelihara dan merayakan keberagaman bakat dan kecerdasan yang tak terbatas, adalah sangat mudah untuk memasukkan pencapaian dari seorang gadis yang mendapatkan selusin nilai A*GCSE sebagai sebuah manifestasi dari giftedness
  3. bagi kegiatan penyuluhan yang disusun secara hati-hati untuk melibatkan siswa pada tingkat intensitas yang sama, bagi saya tampaknya tidak mungkin : sejauh mana kita tertarik pada domain penyelidikan yang berbeda adalah sebuah pertanyaan standar. siapa diantara kita yang akan sama-sama tertarik pada penyelidikan di sekitar teori membran dan prospek dari dunia paralel, masa depan internet, dunia bawah tanah Victorian London, dan implikasi dari ungkapan Quaker, "speaking truth to power(bicara kejujuran pada kekuatan)" tapi siapa diantara kita yang tidak akan tertarik belajar sesuatu pada topik-topik ini?
  4. sebagai sebuah saran, dimana saya juga sensitif, bahwa sebuah pendekatan inklusif sejati untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa sangat mendevaluasi dan mencairkan konsep cerdas berbakat istimewa yang membuat domain tersebut tidak bermakna, saya akan mengatakan bahwa hanya saya tidak memiliki minat pada istilah cerdas berbakat istimewa sebagai sebuah bentuk tato, yang hanya terukur dalam kulit pada beberapa diantara kita, beberapa diantara kita yang sangat berharga. label, bahkan budaya label yang positif, tidak dengan sendirinya memimpin pembelajaran; mereka lebih cenderung membatasi. tetapi sebagai sebuah papan penunjuk jalan pembelajaran yang mendalam, bergairan dah otentik, istilah cerdas berbakat istimewa. istilah cerdas berbakat istimewa mungkin akan menjadi penanda yang kaya ketika tidak dibatasi oleh kuota, aura maupun eksklusifitas dan bagi banyak orang hal itu layak untuk dikejar. pendekatan ini bukanlah tentang rekayasa sosial maupun pembenaran politik; yang jauh lebih menari bagi sebagian guru adalah pertimbangan pragmatis dari efektifitas dan kegunaan. saya kebetulan percaya bahwa bukti-bukti menunjukkan bahwa model inklusif lebih baik daripada model eksklusif. jika pada saat yang bersamaan perbaikan sosial dijelaskan dalam Salamanca Statement on Special Needs Education bisa didukung, maka akan jauh lebih baik.
  5. ini tidak akan pernah menjadi mudah. begitu pula dengan adaptasi dari konsep inklusif tentang cerdas berbakat istimewa menjadi sebuah argumen untuk kepuasan, sebuah rasa yang mengatakan "kita sudah menyediakan segalanya dengan baik untuk siswa cerdas dan berbakat, karena menurut pengamatan kami semuanya sudah berjalan dengan baik." kalau ada, sebagai mana yang guru reflektif tahu, proses dari perencanaan, implementasi dan tinjauan yang teliti bahwa inklusifitas memerlukan tuntutan banyak pengamatan, pemikiran dan refleksi daripada model tradisional dari tes-dan-penempatan atau tes-penempatan-tes. tantangan dari inklusi adalah tantangan yang menegangkan, yang dapat membuat kemudahan memberikan sesuatu berbeda untuk beberapa yang sangat menggiurkan. ini bukan sesuatu hal yang baru. dalam pemikirannya di "clever children in comprehensive school", Auriol Stevens (1980) membayangkan atraksi dari pengalaman pendidikan yang terpisah dan berbeda yang diwujudkan dalam, misalnya saja, munculnya akademi untuk kaum muda yang berbakat istimewa : "tugas ini berat. dan dibuat semakin berat dengan mengatur sistem alternatif untuk "menyelamatkan" yang cerdas dengan cara membawa mereka keluar dari sekolah biasa. permasalahan mungkin telah dipecahkan oleh sarana, tetapi tidak akan pernah. perhatian akan teralihkan oleh hal-hal yang rinci, pekerjaan yang sungguh-sungguh meningkatkan standar untuk semua memerlukan" (ibid.:164)
refleksi yang lebih lanjut dari sekapur sirih keistimewaan : dalam explorasinya dari sikap penulis kenamaan J. K. Rowling terhadap anak-anak, Ruth Moore, pimpinan dari National Association of Teachers of English (asosiasi guru Inggris) membuat referensi implisit pada pendekatan "pasang naik" ketika dia mengamati bahwa "J. K. Rowling mengingatkan kita dengan tegas bahwa setiap anak-anak biasa mampu mencapai suatu prestasi yang luar biasa. yang perlu kita ingat adalah setiap guru mampu membantu mereka mencapainya (times educational supplemen, 1 Feb 2002, Curriculum special : English:4). dan dalam edisi NAGC news baru-baru ini, koran untuk National Association for Gifted Children, seorang ibu dari anak remaja meulis : "kami beruntung. Nicola sekarang berada di sekolah dimana disana semua murid dipandang sebagai individu yang unik, dengan bakat dan potensi yang menunggu untuk dikembangkan" (NAGC news, Jan./Feb. 2002:17). universalitas dan pengenalan dari perbedaan individu, dihadapkan pada fleksibilitas dan perbedaan. nah, bukankah itu semua mengenai inklusi

Pertanyaan untuk didiskusikan
  • apakah standar dan "agenda" inklusi itu harmonis?
  • apakah nilai dalam rangking "berbakat"? dalam situasi yang bagaimana?
  • apakah konsep inklusi menurunkan nilai istilah berbakat?

Manajemen Kelas

Manajemen Kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Hal ini berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.

Masalah manajemen kelas biasanya meliputi masalah individual : Attention getting behaviors (perilaku mencari perhatian),Power seeking behaviors (perilaku menunjukkan kekuatan), Revenge seeking behaviors (perilaku menunjukkan balas dendam).Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Dan masalah kelompok yang biasanya ditandai dengan kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.ditambah dengan Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam manajemen kelas diantaranya :
  • pendekatan otoriter yaitu manajemen kelas dimana siswa perlu diawasi dan diatur
  • pendekatan intimidasi yaitu manajemen kelas dengan mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi
  • pendekatan permisif yaitu manajemen kelas dengan memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa
  • pendekatan resep masakan yaitu manajemen kelas dengan mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak
  • Pendekatan pengajaran yaitu guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan
  • Pendekatan modifikasi perilaku yaitu mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa
  • Pendekatan iklim sosio-emosional dimana guru menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa
  • Pendekatan sistem proses kelompok yaitu meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.
Moving Class

yaitu sistem belajar yang bercirikan siswa mendatangi pendamping belajar (guru) di kelas, filosofinya adalah, yang perlu ilmu mendatangi yang memiliki ilmu. siswa berada didalam suasana baru tiap akan belajar, siswa belajar di kelas yang didesain khusus untuk setiap mata pelajaran.

moving class bertujuan untuk memfalitisasi siswa dengan beraneka macam gaya belajar baik visual (contoh geografi), auditori (bahasa) maupun kinestetik (olahraga). selain itu moving class juga bertujuan untuk melatih siswa agar mandiri dan dapat bekerja sama dengan siswa lainnya. selain itu juga dapat merangsang aspek perkembangan pada siswa.Meningkatkan Disiplin Siswa dan Pendamping, meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Minggu, 06 Desember 2009

apa nilai-nilai inti dan implikasi dari pendekatan inklusif pada pendidikan berbakat dan istimewa?

tantangan yang menghadang sekolah inklusif adalah mengembangkan pedagogik berbasis siswa agar mampu mendidik semua anak... jasa sekolah tersebut tidak hanya mereka mampu untuk memberikan pendidikan berkualitas untuk semua anak, pembentukan mereka juga langkah penting untuk membantu mengubah sikap diskriminatif, dalam menciptakan komunitas yang menyambut dan mengembangkan masyarakat yang inklusif. (UNESCO, Salamanca Statement, 1994)

saya percaya Tuhan tidak bermain dadu dengan semesta (Albert Einstein)

pengalaman saya sebagai guru Robert telah menuntun saya pada ketertarikan saya terhadap kebutuhan peserta didik yang lebih mampu, tetapi ingatan saya (pada Robert) bergema tiap kali saya mengingat kata kunci seperti "inklusif", "berbakat", "harapan yang tinggi", "prestasi" "cerdas", "istimewa", dll. tampaknya bagi saya tantangan yang saya dapatkan dari Robert hanyalah sebuah contoh kecil dari dilema yang dihadapi oleh semua guru yang berkecimpung dalam domain pendidikan berbakat istimewa : bagaimana caranya seseorang bisa menciptakan lingkungan belajar yang mampu menjangkau yang paling "bisa" dengan tanpa mengecualikan yang paling tidak "bisa", maupun sebaliknya? setiap usaha untuk menyelesaikan masalah atau pertanyaan ini pada titik tertentu akan merujuk pada prinsip-prinsip inti pendidikan atau nilai-nilai inti pendidikan. saya akan menyatakan beberapa dari prinsip pendidikan saya disini :
  • setiap/semua anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.
  • tujuan utama pendidikan adalah untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan para pemuda yang memiliki hasrat untuk belajar, dan untuk memfasilitasi agar mereka dapat memperoleh keterampilan dan agar hasrat belajar mereka terpenuhi dan pengaturan yang akan memungkinkan agar gairah belajar mereka terpenuhi dan terus dipertahankan.
  • peran utama sekolah adalah untuk memaksimalkan kesempatan semua anak untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
  • tujuan utama pendidikan anak-anak akan berubah.
untuk prinsip-prinsip yang (relatif) tidak kontroversial ini, dapat ditambahkan :
  • tidak seorangpun bahkan orang itu sendiri akan pernah sepenuhnya menyadari potensi belajar yang ia miliki.
  • sebuah konsep tentang "kemampuan" adalah sebuah alat yang tidak berguna untuk mendeskripsikan atau memprediksikan kinerja seseorang
  • tujuan pendidikan anak-anak akan tercapai apabila kita mengatur dan menjawab pertanyaan. pertanyaan ini paling baik jika dibuaat oleh anak-anak itu sendiri
  • pembelajaran yang mendalam lebih mengutamakan kolaborasi daripada kompetisi
implikasi dari poin-poin diatas akan mengakui bahwa :
  • kecerdasan dan bakat lebih baik dilihat sebagai sesuatu yang relatif daripada absolute, dalam konteks baik kelebihan maupun kekurangan dalam profill perorangan anak tersebut dan dilihat dari lingkungan belajarnya yang lebih luas.
  • sekolah memiliki peran penting untuk membantu setiap anak untuk mengidentifikasi bakat maupun kecerdasannya.
  • bentuk penilaian yang paling efektif adalah formatif (penilaian untuk belajar) daripada sumatif atau normatif (penilaian untuk menunjukkan atau membandingkan). terkait dengan orientasi pembelajaran (penting untuk meningkatkan pembelajaran seseorang) cenderung mengarah pada pembelajarana yang efektif daripada berorientasi kinerja (penting untuk nilai-nilai saja)
  • kebijakan inklusif untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa adalah satu-satunya model yang konsisten dengan prinsip-prinsip ini.
  • sekolah seharusnya mengambil langkah-langkah yang lebih aktif untuk melaksanakan prosedur pengajaran dan pembelajaran dan menerapkan metode yang akan mengakomodasi prinsip-prinsip yang ditetapkan di atas.
saya menyadari banyak (jika tidak semua) prinsip-prinsip dan implikasi yang ditetapkan diatas terbuka untuk tantangan, tetapi dimana nilai-nilai, prinsip-prinsip dan inti dipercaya dapat lepas dari subjektifitas. ini mungkin termasuk ilustrasi :
  • survey yang komprehensif oleh Joan Freeman mengenai penelitian internasional saat ini tentang pendidikan anak-anak dan pemuda yang cakap, dimana dia menyimpulkan bahwa 'keprihatinan yang dominan saat ini mengenai penelitian pendidikan bagi orang yang sangat cakap adalah interaksi antara potensi sang anak dan ketentuan untuk mengembangkannya'. tanpa elemen yang dinamik itu, kita kembali ke ide lama tentang kemampuan tetap (fixed abilities), terutama kecerdasan' (Freeman 1998;56). selain diferensiasi, Freeman melihat pengindividualisasian sebagai rute lain untuk membangun potensi. 'dimana murid memiliki tanggung jawab yang besar bagi konten dan kecepatan untuk kemajuan pendidikan mereka sendiri. disini, anak-anak akan dibutuhkan untuk memonitor pembelajaran mereka sendiri (ibid.:56)
  • Stephen Ceci (1990;1996) dan Michael Howe (1990) menyanggah dengan kuat ide tentang orang-orang yang unggul dalam beberapa bidang dapat melakukannya karena mereka berbakat atau istimewa : komitmen dan latihan telah menjadi penentu yang lebih kuat untuk penampilan yang luar biasa, daripada kemampuan dasar (underlying ability).
  • Paul Black dan Dylan Wiliam (1998) memberikan laporan yang berpengaruh pada peran kunci dari penilaian formatif (atau "penilaian untuk pembelajaran") dalam menaikan standar sekolah.
  • Chris Watkins (2001) peninjauan yang luas mengenai bukti penelitian menunjukkan bahwa meperkirakan nilai pencapaian dapat menurunkan kualitas kinerja.
  • semakin besarnya pengakuan bahwa berpikir dan belajar adalah kegiatan sosial yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya; interaksi sosial dilihat sebagai sesuatu yang penting untuk proses belajar, seperti memberi perhatian, memori logis, pembentukan konsep dan batin. penelitian dalam domain ini memiliki pengaruh yang besar terhadap tulisan psikiater rusia, Lev Vygotsky, tapi aplikasi terbaru terdapat di bidang pendidikan Inggris Raya meliputi Paul Light dan Karen Littleton (1999) demonstrasi yang signifikan dari pembelajaran berbasis sosial dan relasional. bahkan dimasa 'standarisasi uji penilaian' (yang didesain untuk menaikkan standar pendidikan melalui keterangan dari kesuksesan atau kegagalan individu).
  • implikasi pendidikan dari berkembangnya bukti dari neuroscience kognitif. dalam ulasannya dalam masalah ini, John Geake mencatat bahwa "ada implikasi pendidikan disini untuk mengukur keberhasilan sekolah sebagai suatu fungsi dari siswa" dirasakan sebagai keberhasilan individu, terlepas dari tingkat pencapaian mereka. ini bukanlah sebuah pembodohan, bahkan kenyataannya sebaliknya. ini adalah sebuah panggilan untuk organisasi sekolah untuk untuk lebih jauh mengenali perbedaan individu berbasis neurobiologically dalam menanggapi pembelajaran sekolah, dalam rangka untuk memutuskan siklus kompetensi rendah yang menghasilkan kepercayaan diri rendah yang menghasilkan kompetensi rendah, juga untuk mengurangi keterbelakangan yang disebabkan oleh anak-anak yang istimewa dalam akademis tetapi mengalami kebosanan dengan kurikulum yang tidak menantang dan tidak sesuai dengan mereka (Geake 2002:7)
  • Diane Montgomery menyimpulkan dalam buku yang dia edit able underahcievers (2000), dimana dia mengamati bahwa 'semua peserta didik harus mengalami pendidikan yang mendukung dan menghargai mereka, apapun perbedaan mereka. untuk mencapai tahap ini, pendidikan umum perlu dibuat lebih fleksibel. akses terhadap kebutuhan khusus seharusnya berdasarkan kepada prinsip-prinsip inklusi dan merajuk pada diri sendiri dan menggunakan otentik atau penilaian berdasarkan kinerja untuk menyediakan umpan balik, baik untuk guru maupun peserta didik. peserta didik memerlukan kesempatan untuk menyumbangkan pandangan mereka sendiri terhadap nilai dan kelayakan dari pendidikan yang mereka dapatkan (ibid.:202)
Petanyaan untuk di diskusikan
  • apa inti dari prinsip pendidikan anda?
  • apa implikasi dari prinsip prinsip ini?
  • mana yang anda anggap sebagai jantung dari keberhasilan : bakat atau usaha?
  • bagaimana cara anda membuat murid anda mengetahui apa (dan bagaimana) yang mereka pelajari?

Quantum learning

Quantum adalah sebuah istilah dalam pelajaran IPA (science) yang kurang lebih berarti lompatan atau percepatan, jadi pengertian quantum learning dimaksudkan agar pembelajaran berjalan secara cepat tetapi dengan cara-cara yang menyenangkan, dalam artian peserta didik belajar dibuat nyaman dalam lingkungan belajar dan cara belajar yang sesuai dengan keadaan peserta didik.
Dalam quantum learning, terdapat beberapa aspek yang dapat membantu pembelajaran, yaitu : teknik hapalan, sikap positif, motivasi, cara belajar, lingkungan belajar, baca cepat, catatan efektif, dan cara menulis yang baik.
Bersikap Positif. Sikap positif sangat penting dalam membantu peserta didik belajar. Satu hal yang kita tanamkan dalam pikiran kita, adalah bahwa kekuatan pikiran kita memiliki kekuatan tak terbatas, kita memiliki kapasitas otak yang sama dengan Einstein, jadi setiap orang memiliki potensi yang kurang lebih sama. Jangan membatasi otak kita sendiri dengan mengatakan hal-hal yang negatif, seperti ”saya tidak bisa, saya tidak pintar” dst. Otak kita itu bukan untuk di cap pintar atau tidak, tetapi apakah akan kita gunakan atau kita abaikan dan hanya menjadikan otak sebagai salah satu ”aksesoris” tubuh belaka.
Rekor Prestasi. Belajar, seharusnya merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan (dalam artian bermakna dan berguna dalam jangka panjang), tetapi sejak kecil kita selalu menanggap belajar menakutkan, terutama ketika kita menginjak bangku sekolah. Hal ini disebabkan karena kehidupan sehari-hari, kita cenderung mendapat komentar dari orang lain, entah dari guru atau dari teman sejawat. Komentar ada dua jenis, yang negatif dan positif. Dalam sehari, seorang anak menerima 460 komentar negatif dan hanya 73 komentar positif.
Macam-Macam Kecerdasan. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, orang-orang cenderung fokus pada yang kurang, bukan fokus pada yang bisa dan yang baik, contohnya ketika seorang murid lebih pandai di bidang akuntansi, tetapi mendapat nilai jelek di matematik, sang guru cenderung memberinya pelajaran ekstra pada matematika, sehingga mata pelajaran yang semestinya dikuasi sang anak akhirnya terbengkalai.
Quantum Learning : Otak. Otak manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu bertahan (survival), emosi, dan berpikir logis. Otak tumbuh karena adanya stimulus yang berupa kontak dengan lingkungan sekitarnya. Otak yang dipakai berpikir oleh manusia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri cenderung berpikir logis, sekuensial, logis, linear, rasional, konvergen/vertikal. Sedang otak kanan cenderung berpikir acak, tidak teratur (fokus yang berpindah-pindah), intuitif, holistik, dan divergen/lateral.
Cara Belajar. Belajar aktif yaitu cara belajar dimana kita belajar apa saja dari setiap situasi, memanfaatkan apa yang kita pelajari untuk keuntungan kita, proaktif (prefentif) lebih dari inisiatif (korektif), bersandar pada kehidupan belajar itu lebih berinteraksi dengan kehidupan
Manfaat Belajar. Belajar bermanfaat untuk mendapat pengetahuan yang lebih luas, yang akan mengakibatkan pilihan yang lebih banyak, dan akhirnya akan menjadi kekuatan pribadi (percaya diri). Apresiasi menjadi hal penting dalam belajar, karena dengan mengapresiasi diri sendiri, maka kita belajar untuk menghargai orang lain. Apresiasi pada diri sendiri memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan motivasi untuk langkah berikutnya.
Menata Lingkungan Belajar. Lingkungan belajar yaitu : perabotan, pencahayaan, musik, alat bantu visual, penempatan, temperatur, tanaman, kenyamanan, suasana hati.
Pentingnya Musik dalam Belajar. Dengan adanya musik dalam belajar, denyut nadi dan tekanan darah kita turun, gelombang otak lambat, otot-otot rileks.
Gaya Belajar. Tiap orang memiliki gaya belajar sendiri-sendiri, kita harus menemukan gaya belajar yang terbaik untuk diri kita sendiri, cara menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang menurut kita paling ”enak” kita lakukan.
Modalitas Belajar. Hal ini dimiliki oleh tiap-tiap individu, dengan cara visual (melihat) auditorial (mendengarkan) maupun dengan cara kinestetik (gerakan)
Membuat Peta Pikiran. Peta pikiran bermanfaat untuk: fleksibilitas, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, menyenangkan.