Kamis, 24 Desember 2009

prinsip dalam praktek, pasang surut, label dan lainnya

pertama, katakan pada diri anda sendiri apa yang anda inginkan, kemudian lakukan apa yang harus anda lakukan (Epictetus, Discourses)
riset dan penelitian telah gagal menemukan hubungan antara faktor genetik atau keturunan dengan bakat atau kecerdasan alami seseorang (michael Howe, Sense and Nonsense About Hothouse Children)

Dengan bantuan Barrow Community Learning Partnership (Education Action Zone) kesempatan telah muncul untuk mengeksplorasi dan menguji batasan-batasan dan kemungkinan dari prinsip prinsip yang diuraikan dalam bab ini, dan dengan demikian berusaha untuk memenuhi tantangan yang kini menghadang semua sekolah dan dinas pendidikan setempat : tuntutan dari dua agenda yang penting, yaitu meningkatkan prestasi dan mempromosikan inklusi. sementara dua agenda ini dapat dengan mudah saling bertentangan, tapi baik itu keyakinan maupun pengalaman kami mengatakan bahwa agenda ini tidak perlu melalui hukum alam menjadi kontradiktif. diberikan kerangka kebijakan yang memungkinkan mereka dapat saling mendukung. buku ini membantu untuk menetapkan sebuah kerangka, dengan harapan agar sekolah akan memilih untuk menerima tantangan kontemporer dari pengaturan untuk memenuhi kebutuhan semua siswa melalui penekanan pembelajaran cerdas berbakat istimewa, daripada pembelajaran tradisional, sepintas menarik tetapi pada akhirnya tidak memenuhi pendekatan test-dan-penempatan. kerangka ini tidak dimaksudkan untuk menjadi bersifat menentukan, dan berharap masing-masing sekolah maupun guru akan menggunakan kreativitas dan fleksibilitasnya masing-masing, sesuai dengan kebutuhan maupun kondisi di lapangan. tentu saja tidak ada satu sekolahpun dibawah the Barrow Community Learning Partnership yang akan yang akan mengklaim monopoli atas pencapaian dan inklusi dalam parameter kebijakan untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa, tetapi ada banyak yang memegang prinsip-prinsip ini dan menerapkannya secara otentik maupun dikembangkan lagi. mereka cenderung menjadi sekolah yang mengakui kenyataan dari pepatah Professor Joe Renzulli yang makin terkenal, yaitu 'pasang naik mengangkat semua kapal'.

dalam membela dan menetapkan tantangan dan kemungkinan dari sekolah inklusif yang benar-benar berdasarkan visi pendidikan cerdas berbakat istimewa, saya merasa perlu untuk mengidentifikasi dan menangkap beberapa posisi yang tidak buku ini pentingkan:
  1. semua anak memiliki kecenderungan menjadi luar biasa yang setara.
  2. prestasi di bidang kurikulum tradisional tidak pantas dirayakan.
  3. aktivitas pengayaan dan penyuluhan yang hanya melibatkan sebagian kecil siswa ke tingkat tertinggi tidak begitu diperlukan.
  4. ada kebaikan atau moral yang tinggi yang diperlukan untuk mendevaluasi konsep cerdas berbakat istimewa, atau keterkaitannya bahwa pendekatan ini lebih berhutang pada ambisi teknik sosial daripada kenyataan sosial.
  5. menerapkan kebijakan inklusif pada kenyataan itu mudah.

sebaliknya, secara berurutan

  1. tentu saja kita tidak dilahirkan dalam keadaan yang "sama". Michael Howe, senior penyangkal argumen determinisme genetik di dunia keberbakatan, memenuhi syarat pernyataannya mengenai kurangnya bukti penelitian penjelasan genetik untuk bakat alami dengan memberikan point "... akan benar-benar salah untuk menyimpulkan bahwa semua bayi lahir identik, sejauh ini prekursor (pertanda) dari perbedaan kemampuan saling terkait. memang ada perbedaan antara bayi, beberapa di antaranya mungkin bawaan dan mungkin turunan, yang dapat memiliki berbagai macam efek pada perkembangannya kemudian"(Howe 1990:112). hanya saja "outcome/output" dari perbedaan ini tidak tetap, tidak langsung, dan tidak dapat diprediksi. saya akan berargumen bahwa hanya melalui memproklamirkan universalitas dari perbedaan individu dan bakat untuk menjadi luar biasa (baik yang disadari maupun yang masih tertidur) yang dapat menyangkal kesetaraan dari keberagaman bakat anak-anak, menyarankan bahwa bakat Einstein setara/sama dengan bakat Picasso (atau sebaliknya) dan hanya dibedakan oleh domain prestasi, bagi saya terlihat absurd dan tidak relevan dan mengkhianati fiksasi(pendapat yang mendalam) abad ke duapuluh mengenai peringkat, dan mengukur yang tidak dapat diukur dan tak dapat digolongkan. dalam hal yang lebih sederhana, dalam tingkat sekolah, memandang bahwa bakat Paul dan Clare itu setara (dalam bakat apapun juga) tampaknya sama sekali tidak menolong.
  2. dalam mengidentifikasi, memelihara dan merayakan keberagaman bakat dan kecerdasan yang tak terbatas, adalah sangat mudah untuk memasukkan pencapaian dari seorang gadis yang mendapatkan selusin nilai A*GCSE sebagai sebuah manifestasi dari giftedness
  3. bagi kegiatan penyuluhan yang disusun secara hati-hati untuk melibatkan siswa pada tingkat intensitas yang sama, bagi saya tampaknya tidak mungkin : sejauh mana kita tertarik pada domain penyelidikan yang berbeda adalah sebuah pertanyaan standar. siapa diantara kita yang akan sama-sama tertarik pada penyelidikan di sekitar teori membran dan prospek dari dunia paralel, masa depan internet, dunia bawah tanah Victorian London, dan implikasi dari ungkapan Quaker, "speaking truth to power(bicara kejujuran pada kekuatan)" tapi siapa diantara kita yang tidak akan tertarik belajar sesuatu pada topik-topik ini?
  4. sebagai sebuah saran, dimana saya juga sensitif, bahwa sebuah pendekatan inklusif sejati untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa sangat mendevaluasi dan mencairkan konsep cerdas berbakat istimewa yang membuat domain tersebut tidak bermakna, saya akan mengatakan bahwa hanya saya tidak memiliki minat pada istilah cerdas berbakat istimewa sebagai sebuah bentuk tato, yang hanya terukur dalam kulit pada beberapa diantara kita, beberapa diantara kita yang sangat berharga. label, bahkan budaya label yang positif, tidak dengan sendirinya memimpin pembelajaran; mereka lebih cenderung membatasi. tetapi sebagai sebuah papan penunjuk jalan pembelajaran yang mendalam, bergairan dah otentik, istilah cerdas berbakat istimewa. istilah cerdas berbakat istimewa mungkin akan menjadi penanda yang kaya ketika tidak dibatasi oleh kuota, aura maupun eksklusifitas dan bagi banyak orang hal itu layak untuk dikejar. pendekatan ini bukanlah tentang rekayasa sosial maupun pembenaran politik; yang jauh lebih menari bagi sebagian guru adalah pertimbangan pragmatis dari efektifitas dan kegunaan. saya kebetulan percaya bahwa bukti-bukti menunjukkan bahwa model inklusif lebih baik daripada model eksklusif. jika pada saat yang bersamaan perbaikan sosial dijelaskan dalam Salamanca Statement on Special Needs Education bisa didukung, maka akan jauh lebih baik.
  5. ini tidak akan pernah menjadi mudah. begitu pula dengan adaptasi dari konsep inklusif tentang cerdas berbakat istimewa menjadi sebuah argumen untuk kepuasan, sebuah rasa yang mengatakan "kita sudah menyediakan segalanya dengan baik untuk siswa cerdas dan berbakat, karena menurut pengamatan kami semuanya sudah berjalan dengan baik." kalau ada, sebagai mana yang guru reflektif tahu, proses dari perencanaan, implementasi dan tinjauan yang teliti bahwa inklusifitas memerlukan tuntutan banyak pengamatan, pemikiran dan refleksi daripada model tradisional dari tes-dan-penempatan atau tes-penempatan-tes. tantangan dari inklusi adalah tantangan yang menegangkan, yang dapat membuat kemudahan memberikan sesuatu berbeda untuk beberapa yang sangat menggiurkan. ini bukan sesuatu hal yang baru. dalam pemikirannya di "clever children in comprehensive school", Auriol Stevens (1980) membayangkan atraksi dari pengalaman pendidikan yang terpisah dan berbeda yang diwujudkan dalam, misalnya saja, munculnya akademi untuk kaum muda yang berbakat istimewa : "tugas ini berat. dan dibuat semakin berat dengan mengatur sistem alternatif untuk "menyelamatkan" yang cerdas dengan cara membawa mereka keluar dari sekolah biasa. permasalahan mungkin telah dipecahkan oleh sarana, tetapi tidak akan pernah. perhatian akan teralihkan oleh hal-hal yang rinci, pekerjaan yang sungguh-sungguh meningkatkan standar untuk semua memerlukan" (ibid.:164)
refleksi yang lebih lanjut dari sekapur sirih keistimewaan : dalam explorasinya dari sikap penulis kenamaan J. K. Rowling terhadap anak-anak, Ruth Moore, pimpinan dari National Association of Teachers of English (asosiasi guru Inggris) membuat referensi implisit pada pendekatan "pasang naik" ketika dia mengamati bahwa "J. K. Rowling mengingatkan kita dengan tegas bahwa setiap anak-anak biasa mampu mencapai suatu prestasi yang luar biasa. yang perlu kita ingat adalah setiap guru mampu membantu mereka mencapainya (times educational supplemen, 1 Feb 2002, Curriculum special : English:4). dan dalam edisi NAGC news baru-baru ini, koran untuk National Association for Gifted Children, seorang ibu dari anak remaja meulis : "kami beruntung. Nicola sekarang berada di sekolah dimana disana semua murid dipandang sebagai individu yang unik, dengan bakat dan potensi yang menunggu untuk dikembangkan" (NAGC news, Jan./Feb. 2002:17). universalitas dan pengenalan dari perbedaan individu, dihadapkan pada fleksibilitas dan perbedaan. nah, bukankah itu semua mengenai inklusi

Pertanyaan untuk didiskusikan
  • apakah standar dan "agenda" inklusi itu harmonis?
  • apakah nilai dalam rangking "berbakat"? dalam situasi yang bagaimana?
  • apakah konsep inklusi menurunkan nilai istilah berbakat?

Manajemen Kelas

Manajemen Kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Hal ini berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.

Masalah manajemen kelas biasanya meliputi masalah individual : Attention getting behaviors (perilaku mencari perhatian),Power seeking behaviors (perilaku menunjukkan kekuatan), Revenge seeking behaviors (perilaku menunjukkan balas dendam).Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Dan masalah kelompok yang biasanya ditandai dengan kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.ditambah dengan Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam manajemen kelas diantaranya :
  • pendekatan otoriter yaitu manajemen kelas dimana siswa perlu diawasi dan diatur
  • pendekatan intimidasi yaitu manajemen kelas dengan mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi
  • pendekatan permisif yaitu manajemen kelas dengan memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa
  • pendekatan resep masakan yaitu manajemen kelas dengan mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak
  • Pendekatan pengajaran yaitu guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan
  • Pendekatan modifikasi perilaku yaitu mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa
  • Pendekatan iklim sosio-emosional dimana guru menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa
  • Pendekatan sistem proses kelompok yaitu meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.
Moving Class

yaitu sistem belajar yang bercirikan siswa mendatangi pendamping belajar (guru) di kelas, filosofinya adalah, yang perlu ilmu mendatangi yang memiliki ilmu. siswa berada didalam suasana baru tiap akan belajar, siswa belajar di kelas yang didesain khusus untuk setiap mata pelajaran.

moving class bertujuan untuk memfalitisasi siswa dengan beraneka macam gaya belajar baik visual (contoh geografi), auditori (bahasa) maupun kinestetik (olahraga). selain itu moving class juga bertujuan untuk melatih siswa agar mandiri dan dapat bekerja sama dengan siswa lainnya. selain itu juga dapat merangsang aspek perkembangan pada siswa.Meningkatkan Disiplin Siswa dan Pendamping, meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Minggu, 06 Desember 2009

apa nilai-nilai inti dan implikasi dari pendekatan inklusif pada pendidikan berbakat dan istimewa?

tantangan yang menghadang sekolah inklusif adalah mengembangkan pedagogik berbasis siswa agar mampu mendidik semua anak... jasa sekolah tersebut tidak hanya mereka mampu untuk memberikan pendidikan berkualitas untuk semua anak, pembentukan mereka juga langkah penting untuk membantu mengubah sikap diskriminatif, dalam menciptakan komunitas yang menyambut dan mengembangkan masyarakat yang inklusif. (UNESCO, Salamanca Statement, 1994)

saya percaya Tuhan tidak bermain dadu dengan semesta (Albert Einstein)

pengalaman saya sebagai guru Robert telah menuntun saya pada ketertarikan saya terhadap kebutuhan peserta didik yang lebih mampu, tetapi ingatan saya (pada Robert) bergema tiap kali saya mengingat kata kunci seperti "inklusif", "berbakat", "harapan yang tinggi", "prestasi" "cerdas", "istimewa", dll. tampaknya bagi saya tantangan yang saya dapatkan dari Robert hanyalah sebuah contoh kecil dari dilema yang dihadapi oleh semua guru yang berkecimpung dalam domain pendidikan berbakat istimewa : bagaimana caranya seseorang bisa menciptakan lingkungan belajar yang mampu menjangkau yang paling "bisa" dengan tanpa mengecualikan yang paling tidak "bisa", maupun sebaliknya? setiap usaha untuk menyelesaikan masalah atau pertanyaan ini pada titik tertentu akan merujuk pada prinsip-prinsip inti pendidikan atau nilai-nilai inti pendidikan. saya akan menyatakan beberapa dari prinsip pendidikan saya disini :
  • setiap/semua anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.
  • tujuan utama pendidikan adalah untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan para pemuda yang memiliki hasrat untuk belajar, dan untuk memfasilitasi agar mereka dapat memperoleh keterampilan dan agar hasrat belajar mereka terpenuhi dan pengaturan yang akan memungkinkan agar gairah belajar mereka terpenuhi dan terus dipertahankan.
  • peran utama sekolah adalah untuk memaksimalkan kesempatan semua anak untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
  • tujuan utama pendidikan anak-anak akan berubah.
untuk prinsip-prinsip yang (relatif) tidak kontroversial ini, dapat ditambahkan :
  • tidak seorangpun bahkan orang itu sendiri akan pernah sepenuhnya menyadari potensi belajar yang ia miliki.
  • sebuah konsep tentang "kemampuan" adalah sebuah alat yang tidak berguna untuk mendeskripsikan atau memprediksikan kinerja seseorang
  • tujuan pendidikan anak-anak akan tercapai apabila kita mengatur dan menjawab pertanyaan. pertanyaan ini paling baik jika dibuaat oleh anak-anak itu sendiri
  • pembelajaran yang mendalam lebih mengutamakan kolaborasi daripada kompetisi
implikasi dari poin-poin diatas akan mengakui bahwa :
  • kecerdasan dan bakat lebih baik dilihat sebagai sesuatu yang relatif daripada absolute, dalam konteks baik kelebihan maupun kekurangan dalam profill perorangan anak tersebut dan dilihat dari lingkungan belajarnya yang lebih luas.
  • sekolah memiliki peran penting untuk membantu setiap anak untuk mengidentifikasi bakat maupun kecerdasannya.
  • bentuk penilaian yang paling efektif adalah formatif (penilaian untuk belajar) daripada sumatif atau normatif (penilaian untuk menunjukkan atau membandingkan). terkait dengan orientasi pembelajaran (penting untuk meningkatkan pembelajaran seseorang) cenderung mengarah pada pembelajarana yang efektif daripada berorientasi kinerja (penting untuk nilai-nilai saja)
  • kebijakan inklusif untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa adalah satu-satunya model yang konsisten dengan prinsip-prinsip ini.
  • sekolah seharusnya mengambil langkah-langkah yang lebih aktif untuk melaksanakan prosedur pengajaran dan pembelajaran dan menerapkan metode yang akan mengakomodasi prinsip-prinsip yang ditetapkan di atas.
saya menyadari banyak (jika tidak semua) prinsip-prinsip dan implikasi yang ditetapkan diatas terbuka untuk tantangan, tetapi dimana nilai-nilai, prinsip-prinsip dan inti dipercaya dapat lepas dari subjektifitas. ini mungkin termasuk ilustrasi :
  • survey yang komprehensif oleh Joan Freeman mengenai penelitian internasional saat ini tentang pendidikan anak-anak dan pemuda yang cakap, dimana dia menyimpulkan bahwa 'keprihatinan yang dominan saat ini mengenai penelitian pendidikan bagi orang yang sangat cakap adalah interaksi antara potensi sang anak dan ketentuan untuk mengembangkannya'. tanpa elemen yang dinamik itu, kita kembali ke ide lama tentang kemampuan tetap (fixed abilities), terutama kecerdasan' (Freeman 1998;56). selain diferensiasi, Freeman melihat pengindividualisasian sebagai rute lain untuk membangun potensi. 'dimana murid memiliki tanggung jawab yang besar bagi konten dan kecepatan untuk kemajuan pendidikan mereka sendiri. disini, anak-anak akan dibutuhkan untuk memonitor pembelajaran mereka sendiri (ibid.:56)
  • Stephen Ceci (1990;1996) dan Michael Howe (1990) menyanggah dengan kuat ide tentang orang-orang yang unggul dalam beberapa bidang dapat melakukannya karena mereka berbakat atau istimewa : komitmen dan latihan telah menjadi penentu yang lebih kuat untuk penampilan yang luar biasa, daripada kemampuan dasar (underlying ability).
  • Paul Black dan Dylan Wiliam (1998) memberikan laporan yang berpengaruh pada peran kunci dari penilaian formatif (atau "penilaian untuk pembelajaran") dalam menaikan standar sekolah.
  • Chris Watkins (2001) peninjauan yang luas mengenai bukti penelitian menunjukkan bahwa meperkirakan nilai pencapaian dapat menurunkan kualitas kinerja.
  • semakin besarnya pengakuan bahwa berpikir dan belajar adalah kegiatan sosial yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya; interaksi sosial dilihat sebagai sesuatu yang penting untuk proses belajar, seperti memberi perhatian, memori logis, pembentukan konsep dan batin. penelitian dalam domain ini memiliki pengaruh yang besar terhadap tulisan psikiater rusia, Lev Vygotsky, tapi aplikasi terbaru terdapat di bidang pendidikan Inggris Raya meliputi Paul Light dan Karen Littleton (1999) demonstrasi yang signifikan dari pembelajaran berbasis sosial dan relasional. bahkan dimasa 'standarisasi uji penilaian' (yang didesain untuk menaikkan standar pendidikan melalui keterangan dari kesuksesan atau kegagalan individu).
  • implikasi pendidikan dari berkembangnya bukti dari neuroscience kognitif. dalam ulasannya dalam masalah ini, John Geake mencatat bahwa "ada implikasi pendidikan disini untuk mengukur keberhasilan sekolah sebagai suatu fungsi dari siswa" dirasakan sebagai keberhasilan individu, terlepas dari tingkat pencapaian mereka. ini bukanlah sebuah pembodohan, bahkan kenyataannya sebaliknya. ini adalah sebuah panggilan untuk organisasi sekolah untuk untuk lebih jauh mengenali perbedaan individu berbasis neurobiologically dalam menanggapi pembelajaran sekolah, dalam rangka untuk memutuskan siklus kompetensi rendah yang menghasilkan kepercayaan diri rendah yang menghasilkan kompetensi rendah, juga untuk mengurangi keterbelakangan yang disebabkan oleh anak-anak yang istimewa dalam akademis tetapi mengalami kebosanan dengan kurikulum yang tidak menantang dan tidak sesuai dengan mereka (Geake 2002:7)
  • Diane Montgomery menyimpulkan dalam buku yang dia edit able underahcievers (2000), dimana dia mengamati bahwa 'semua peserta didik harus mengalami pendidikan yang mendukung dan menghargai mereka, apapun perbedaan mereka. untuk mencapai tahap ini, pendidikan umum perlu dibuat lebih fleksibel. akses terhadap kebutuhan khusus seharusnya berdasarkan kepada prinsip-prinsip inklusi dan merajuk pada diri sendiri dan menggunakan otentik atau penilaian berdasarkan kinerja untuk menyediakan umpan balik, baik untuk guru maupun peserta didik. peserta didik memerlukan kesempatan untuk menyumbangkan pandangan mereka sendiri terhadap nilai dan kelayakan dari pendidikan yang mereka dapatkan (ibid.:202)
Petanyaan untuk di diskusikan
  • apa inti dari prinsip pendidikan anda?
  • apa implikasi dari prinsip prinsip ini?
  • mana yang anda anggap sebagai jantung dari keberhasilan : bakat atau usaha?
  • bagaimana cara anda membuat murid anda mengetahui apa (dan bagaimana) yang mereka pelajari?

Quantum learning

Quantum adalah sebuah istilah dalam pelajaran IPA (science) yang kurang lebih berarti lompatan atau percepatan, jadi pengertian quantum learning dimaksudkan agar pembelajaran berjalan secara cepat tetapi dengan cara-cara yang menyenangkan, dalam artian peserta didik belajar dibuat nyaman dalam lingkungan belajar dan cara belajar yang sesuai dengan keadaan peserta didik.
Dalam quantum learning, terdapat beberapa aspek yang dapat membantu pembelajaran, yaitu : teknik hapalan, sikap positif, motivasi, cara belajar, lingkungan belajar, baca cepat, catatan efektif, dan cara menulis yang baik.
Bersikap Positif. Sikap positif sangat penting dalam membantu peserta didik belajar. Satu hal yang kita tanamkan dalam pikiran kita, adalah bahwa kekuatan pikiran kita memiliki kekuatan tak terbatas, kita memiliki kapasitas otak yang sama dengan Einstein, jadi setiap orang memiliki potensi yang kurang lebih sama. Jangan membatasi otak kita sendiri dengan mengatakan hal-hal yang negatif, seperti ”saya tidak bisa, saya tidak pintar” dst. Otak kita itu bukan untuk di cap pintar atau tidak, tetapi apakah akan kita gunakan atau kita abaikan dan hanya menjadikan otak sebagai salah satu ”aksesoris” tubuh belaka.
Rekor Prestasi. Belajar, seharusnya merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan (dalam artian bermakna dan berguna dalam jangka panjang), tetapi sejak kecil kita selalu menanggap belajar menakutkan, terutama ketika kita menginjak bangku sekolah. Hal ini disebabkan karena kehidupan sehari-hari, kita cenderung mendapat komentar dari orang lain, entah dari guru atau dari teman sejawat. Komentar ada dua jenis, yang negatif dan positif. Dalam sehari, seorang anak menerima 460 komentar negatif dan hanya 73 komentar positif.
Macam-Macam Kecerdasan. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, orang-orang cenderung fokus pada yang kurang, bukan fokus pada yang bisa dan yang baik, contohnya ketika seorang murid lebih pandai di bidang akuntansi, tetapi mendapat nilai jelek di matematik, sang guru cenderung memberinya pelajaran ekstra pada matematika, sehingga mata pelajaran yang semestinya dikuasi sang anak akhirnya terbengkalai.
Quantum Learning : Otak. Otak manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu bertahan (survival), emosi, dan berpikir logis. Otak tumbuh karena adanya stimulus yang berupa kontak dengan lingkungan sekitarnya. Otak yang dipakai berpikir oleh manusia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri cenderung berpikir logis, sekuensial, logis, linear, rasional, konvergen/vertikal. Sedang otak kanan cenderung berpikir acak, tidak teratur (fokus yang berpindah-pindah), intuitif, holistik, dan divergen/lateral.
Cara Belajar. Belajar aktif yaitu cara belajar dimana kita belajar apa saja dari setiap situasi, memanfaatkan apa yang kita pelajari untuk keuntungan kita, proaktif (prefentif) lebih dari inisiatif (korektif), bersandar pada kehidupan belajar itu lebih berinteraksi dengan kehidupan
Manfaat Belajar. Belajar bermanfaat untuk mendapat pengetahuan yang lebih luas, yang akan mengakibatkan pilihan yang lebih banyak, dan akhirnya akan menjadi kekuatan pribadi (percaya diri). Apresiasi menjadi hal penting dalam belajar, karena dengan mengapresiasi diri sendiri, maka kita belajar untuk menghargai orang lain. Apresiasi pada diri sendiri memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan motivasi untuk langkah berikutnya.
Menata Lingkungan Belajar. Lingkungan belajar yaitu : perabotan, pencahayaan, musik, alat bantu visual, penempatan, temperatur, tanaman, kenyamanan, suasana hati.
Pentingnya Musik dalam Belajar. Dengan adanya musik dalam belajar, denyut nadi dan tekanan darah kita turun, gelombang otak lambat, otot-otot rileks.
Gaya Belajar. Tiap orang memiliki gaya belajar sendiri-sendiri, kita harus menemukan gaya belajar yang terbaik untuk diri kita sendiri, cara menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang menurut kita paling ”enak” kita lakukan.
Modalitas Belajar. Hal ini dimiliki oleh tiap-tiap individu, dengan cara visual (melihat) auditorial (mendengarkan) maupun dengan cara kinestetik (gerakan)
Membuat Peta Pikiran. Peta pikiran bermanfaat untuk: fleksibilitas, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, menyenangkan.

Minggu, 29 November 2009

kilas balik

1.1 "their own secret colours" bakat yang diketahui dan bakat yang terpendam : tantangan dari yang tak terduga

Saya tidak pernah menganggap saya pintar, tapi sekarang saya pikir mungkin saya pintar
(seorang murid di kelas berbakat dan istimewa DfES Excellence)

Seseorang yang yakin itu benar, itu akan menjadi benar, atau menjadi benar dalam pikiran orang itu (whatever one believes to be true either is true or becomes true in one's mind) (John Lilly, the centre of the cyclone)

Dalam inti buku ini tersimpan kenangan saya pada Robert, seorang anak berusia 10 tahun yang saya ajar di Hampshire lebih dari satu dekade yang lalu. Robert anak yang besar dan dianggap seorang yang bully oleh anak-anak lainnya, dan dia menantang (memberontak) dalam kelas. dia memiliki kesulitan belajar, kalau tidak bisa dibilang buta huruf. dan beberapa minggu sebelum akhir tahun ajaran, saya menemukan kalau dia berbakat. tdak berbakat secara global, tidak secara psikometrik atau ber iq jenius, tetapi tetap, berbakat. saya menemukan bakatnya secara tidak sengaja. sekolah kami berpartipasi dalam lomba puisi W. H. Smith di sekolah, dimana sekolah telah membawa pujangga David Orme ('manggo chutney') untuk bekerja bersama anak kelas 5. dan sebagai salah satu latihan mereka dalam menulis puisi, anak-anak kelas 5 pergi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi alam sekitar sekitar sekolah untuk mencari inspirasi. mereka melukiskan apa yang ada disekitar mereka, beberapa mencatat, menggambar sketsa, melihat pohon, dedaunan dan serangga dalam berbagai sudut dan pencahayaan, bermain dengan bahasa, tertawa dan bersenang-senang. Dan mereka kembali ke kelas mereka untuk menuangkan pemikiran, catatan, persepsi dan refleksi dalam sebuah puisi. saya bersama Robert dan grupnya selama mereka diluar, kebanyakan untuk mengurus kecenderungannya untuk mengganggu anak-anak lainnya, tetapi ketika kembali ke kelas, perhatian saya teralihkan oleh anak-anak lainnya. pada saat saya datang ke meja Robert, dia sedang menulis kalimat yang dapat dibaca, walau dalam kecenderungannya ia salah eja dan tulisannya yang cakar ayam. saya bertanya padanya apa yang sedang dia tulis, dan ada jeda beberapa saat sebelum ia akhirnya berhasil menyusun kalimat dalam pekerjaannya. lalu ia menjawab, dalam suaranya yang kecil dan lambat-lambat hingga hampir saya tidak dapat mendengarnya, 'even the winter leaves have their own secret colours.' (bahkan daun musim dingin pun memiliki warna rahasianya sendiri).

Dan itu dia. satu kalimat. tapi kalimat yang luar biasa!. saat itu adalah di tengah musim panas, dan Robert menemukan dan mempelajari daun musim dingin yang terpencil dan membusuk. dan dalam observasi dan lantunan lambatnya, robert menangkap sebuah gambaran yang mengandung metafora yang paling tenang dan hati-hati. dia berkata 'saya yakin pak Hymer memperhatikan saya. saya tahu saya tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik, tetapi dalam beberapa situasi, saya bisa melakukan sesuatu yang dapat membuat anda terpana'. usaha terbaik anak-anak dikumpulkan dan diterbitkan secara lokal dalam sekolah, dalam sebuah antology yang berjudul "their own secret colour". dengan bantuan David Orme, Robert mengenalkan antologi pada para orang tua dalam peluncuran offisialnya. dia kemudian memberi tahu saya bahwa itu adalah pertamakali nya dia dimintai tolong untuk melakukan sesuatu yang luar biasa penting. momen yang luar biasa ini sekaligus titik balik perubahan sikap dan performanya di sekolah yang sangat mengejutkan. dia memandang dirinya sendiri sebagai seorang pujangga, sebagai seseorang yang dalam keadaan yang tepat dapat menghasilkan rangkaian kata yang mengagumkan. dia tetap bergumul untuk dapat membaca, menulis dan menguasai konsep pelajaran dengan kecepatan teman-teman sekelasnya, tapi bullying yang dilakukannya sudah berhenti, dan pertemanan dan rasa hormat antar teman pun tumbuh dan Robert berjalan sekeliling sekolah dengan percaya diri yang matang. tampaknya dia menjadi anak yang saleh. dan bila itu adalah efek dari persepsi Robert sendiri, siapa saya hingga saya bisa mengecewakannya dengan mengatakan hal-hal negatif? beberapa minggu kemudian tahun ajaran sekolah berakhir. saya meninggalkan sekolah dan pergi dari kota itu. saya tak tahu ia akan menjadi seperti apa.

apakah Robert berbakat? lebih spesifiknya, apakah dia seorang pujangga berbakat? bisakah seseorang mengatakan tanpa "dalam situasi yang tepat", ia akan mendapat inspirasi pujangga yang sama? apakah bakat yang sejati tergantung pada demonstrasi bakat seiring waktu, jika tidak rutin, lalu lebih dari satu kali kesempatan? untuk saya sendiri, saya hanya tahu, pengenalan Robert pada prestasinya telah menciptakan efek domino, yang bagaimanapun juga bersifat sementara. pengalaman ini menyisakan saya 2 pertanyaan yang menganggu: pertama, bisakah saya mengetahui potensi seorang anak? dan yang kedua, kalau jawaban dari pertanyaan pertama adaalah tidak, (dan tidak adanya hubungan samasekali antara robert dan silsilah keluarganya yang menujukkan bakat pujangga mengalir dalam darah) bukankah saya memiliki tanggung jawab untuk menganggap tiap anak memiliki kapasitas untuk menunjukkan performa yang luar biasa? tentu saja, saya tidak perlu mengetahui kapan sampai sejauh mana atau domain mana kinerja luar biasa tersebut timbul, tapi saya harus mengijinkan diri saya sendiri untuk lebih sering terkejut. dan untuk ini terjadi, saya tahu ketika saya mengajar harus untuk membuang semua prasangka tentang kemampuan, namun didefinisikan dan kemudian berjuang untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan tantangan intelektual dan menyenangkan, aman dan memelihara emosi, dan besar kemungkinannya untuk perpanjangan untuk semua murid saya. pada titik inilah keringat dingin mengenai realita mengalir: apakah mungkin ini dijalankan dalam apa yang dipandang sebagai dunia nyata? saya akan berargumen dalam buku singkat ini bukah hanya hal ini mungkin (saya sering melihat guru yang berbakat melakukan ini lagi dan lagi, seringkali melewati semua rintangan), tetapi buah pengetahuan yang paling terkini mengenai penelitian tentang otak, pembelajaran dan kebutuhan dari peserta didik ( termasuk peserta didik yang berbakat dan istimewa) menuntut kami mencoba.

pertanyaan untuk di diskusikan :

  • bisakah kita benar-benar mengetahui potensi seorang anak?
  • apakah seorang anak dengan masalah kesulitan belajar yang serius dapat dikategorikan "girfted"?
  • apakah pendekatan inklusif untuk anak cerdas berbakat memungkinkan?

seleksi

Seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak, memadukan antara kebutuhan pelamar dengan kebutuhan organisasi, dalam hal ini adalah lembaga pendidikan.
Ada beberapa hambatan (tantangan) dalam proses seleksi, yaitu:

Ketidaksesuaian suply (terkait dengan ketersediaan calon), bila makin banyak pelamar, maka memungkinkan bagi lembaga untuk memilih yang terbaik, tetapi hal ini juga berarti menambah pekerjaan administratif, memerlukan waktu yang lebih banyak, membutuhkan sumber daya yang lebih banyak juga untuk melakukan proses seleksi, dan juga membutuhkan biaya yang lebih banyak hanya untuk proses seleksi.

Adanya halangan berupa ethis (etika) dalam hal ini, terjadi kesetaraan jender (berkaitan dengan sarana) lalu adanya family sistem, dimana beberapa pelamar yang mempunyai koneksi ”dimudahkan” oleh orang di dalam lembaga untuk masuk ke lembaga tersebut. Di Indonesia, sudah sering ditemukan adanya unsur KKN dalam proses seleksi, adanya sogokan, surat sakti, maupun letkol dan letjen (lewat kolong, lewat jendela). Untuk beberapa lembaga, tidak terdapat transparansi dalam hasil seleksi, hal ini dapat membuat beberapa calon menjadi kurang puas. Terkadang seleksi pun hanyalah sebuah formalitas, dalam hal ini calon/pelamar sebenarnya sudah dipastikan masuk lembaga tersebut, tetapi test seleksi masih tetap dilakukan.

Lalu hambatan yang terakhir adalah kondisi organisasi (organisasional) dimana organisasi yang melakukan proses seleksi memiliki keterbatasan sarana, pembiayaan, dan alokasi sehingga terkadang proses seleksi tidak berjalan maksimal.

Dalam proses seleksi, terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh agar seleksi berjalan optimal, yaitu seleksi administratif, dimana seleksi ini adalah untuk mengetahui secara administratif apakah calon pelamar telah memenuhi persyaratan administratif, hal ini mencakup pengisian formulir, kelengkapan dokumen pendukung seperti ijasah, nem, dkk, dan bukti pembayaran (jika ada). Setelah pelamar lolos seleksi administratif, barulah masuk ke test-test yang telah disiapkan. Test adalah alat bantu untuk memadukan kriteria yang diterima dengan kondisi pelamar. Test yang diberikan haruslah memenuhi standar (valid dan realible). Materi test haruslah mencakup : psikotes, pengetahuan (potensi akademik) dan performance dari pelamar. Tidak semua indikator yang ditetapkan bisa diukur melalui test, karena itu selain test juga ada wawancara seleksi, pemeriksaan referensi, dan evaluasi medis.

Wawancara seleksi. Wawancara seleksi lebih bersifat formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi hal-hal yang dapat diterima (acceptability) pelamar. Wawancara dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Terdapat beberapa jenis pertanyaan yang dapat diajukan selama wawancara, seperti tidak terstruktur, terstruktur campuran, problem solving, maupun interview stress. Dalam evaluasi wawancara, diperlukan acuan yang valid.

Pemeriksaan medis diperlukan untuk menunjukkan kesehatan calon, pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga secara manidiri atau menyerahkannya kepada lembaga kesehatan yang ditunjuk. Evaluasi medis bertujuan untuk mengurangi alokasi anggaran untuk kesehatan dan agar calon lancar mengikuti proses pendidikan tanpa halangan kesehatan.

Setelah dilakukannya proses seleksi maka harus ada pula keputusan penerimaan melalui media (papan pengunguman, surat, jaringan internet, telepon). Materi keputusan penerimaan dapat mencantumkan yang lulus, termasuk cadangan maupun yang tidak diterima juga dicantumkan.

Penempatan calon setelah keputusan penerimaan bertujuan menempatkan calon yang lulus seleksi pada kelas yang sesuai dengan kemampuan atau kondisi lain peserta didik. Penempatan berdasarkan homogen, heterogenitas, jadwal belajar, gender, dll.

Orientasi/Induksi bertujuan untuk memperkenalkan siswa baru terkait dengan hak dan kewajiban dengan organisasi maupun sesama siswa. Muatan materi orientasi antara lain : masalah-masalah organisasi, perkenalan, hak dan kewajiban, fasilitas, dan mekanisme, prosedur, ketentuan bimbingan, ujian.

strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran
Pengertian belajar :
Apa itu belajar? seluruh kehidupan manusia adalah proses belajar, dan belajar itu menjadikan kehidupan manusia lebih baik dan bermanfaat. Mengapa kita membutuhkan belajar? Karena selain menjadikan kehidupan manusia lebih baik dan bermanfaat, juga setiap agama mewajibkan umatnya untuk belajar, terutama kita bangsa indonesia yang ideologinya adalah pancasila, yang mewajibkan kita untuk beragama. Belajar jauh lebih efektif bila dilakukan secara berkelompok (kooperatif learning) dimana terdapat pendidik yang dapat kita jadikan salah satu sumber belajar.

Lantas apa pengertian pembelajaran? Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajara pada suatu lingkungan, dan merupakan sebuah kegiatan profesional, artinya tidak boleh dilakukan oleh orang sembarangan. Dalam pembelajaran, yang bisa dibilang penentu kesuksesan pembelajaran adalah proses, metode, dan keikhlasan pendidik dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Jadi yang dicari adalah pembelajaran kemudahan mendapatkan ilmu, bukan kemudahan mendapatkan nilai, seperti yang kita tahu, ”nilai” berbeda dengan ”ilmu”, ”nilai” hanyalah formalitas yang tertuang dalam kertas, tidak menentukan seberapa dalam ”ilmu” yang dimiliki seseorang.

Saat ini terjadi perubahan paradigma dalam pembelajaran di Indonesia, yang awalnya teacher centered (berorientasi pada guru) menjadi student centered (berorientasi pada siswa), karena inti dari sebuah pendidikan adalah peserta didik. Terjadi perubahan landasan, yang awalnya behavioristik (pembelajaran dimana murid terima saja apa adanya) ke konstruktivistik (pembelajaran dengan cara melihat apa saja yang sudah dimiliki untuk dikonstruksi menjadi sebuah bangunan pengetahuan). Landasan konseptual proses pembelajaran haruslah didsusun secara sistematik dan sistemik, harus jelas sebuah pembelajaran berawal darimana dan berakhir dimana, juga harus bertahap dari a ke b ke c dst. lalu harus terciptanya interaksi yang optimal antara peserta didik, pendidik maupun sumber belajar. yang terakhir adalah suasana yang mendukung proses pembelajaran, suasana yang menyenangkan, menantang, dan memungkinkan berkembangnya prakarsa peserta didik.

Rabu, 28 Oktober 2009

pengaruh teknologi (khususnya televisi) pada psikologi perkembangan anak

Sabtu, 01 April 2006 12:07

Kapanlagi.com - Tayangan televisi berupa kekerasan memberikan pengaruh terhadap sikap agresif anak-anak seperti gampang membantah dan melawan, kata Psikolog Nanik Setyawati.

"Anak juga terpengaruh terhadap kata-kata kasar yang diucapkan tokoh dalam tayangan televisi, terbangun rasa dendam dan ulat peteng (bermuka angker,Red)," katanya di Magelang, Jumat, saat Sarasehan "Pengaruh Menonton Televisi terhadap Pembentukan Perilaku Anak".

Berdasarkan penelitian, kata Nanik yang juga Psikolog RSUP Tirtonegoro Klaten itu, anak menonton 37 tayangan tindak kekerasan di teve setiap hari.

Ia menyatakan, pentingnya orang tua selalu mendampingi dan melakukan diskusi dengan anak-anak saat menyaksikan tayangan teve.

Kebiasaan menonton tayangan teve bagi anak-anak yang relatif terlalu lama tanpa kontrol orang tua memberi pengaruh buruk bagi perkembangan jiwa anak.

"Anak menjadi kurang kooperatif, kurang peka terhadap orang lain, konsentrasi mendengarkan dan membaca menjadi berkurang," kata Nanik, alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu.

Sedangkan bagi anak berusia kurang empat tahun, katanya, menonton teve terlalu lama mengakibatkan mereka tidak bisa membedakan secara baik antara dunia fantasi dengan kenyataan.

Orang tua yang mendampingi anak-anak saat menonton siaran televisi harus memberikan penjelasan tentang dunia fantasi dan riil.

Ia juga menyatakan perlunya pesawat teve diletakkan di tempat tidak nyaman supaya anak tidak terlalu lama menonton tayangan teve.

Ruang keluarga, katanya, bukan semata-mata tempat menonton teve tetapi tempat berbincang-bincang, bercengkerama dan menikmati kebersamaan seluruh anggota keluarga.

Pada kesempatan itu Nanik juga mengatakan bahwa setiap hari anak menonton 25 ribu tayangan iklan di teve yang 90 persen di antaranya tentang iklan makanan rendah gizi.

Setiap hari anak-anak menyaksikan tayangan teve empat hingga lima jam, kata Nanik Setyawati. (*/rit)

Senin, 19 Oktober 2009

Psikologi Perkembangan

psikologi perkembangan.

Pengertian pertumbuhan dan perkembangan:

pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif mengenai aspek fisik atau biologis, sedangkan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani. Dalam masa pertumbahan dan perkembangan memiliki berbagai kebutuhan primer dan sekunder.


Kebutuhan primer adalah, kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti, makanan, tempat tinggal, pakaian.
Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang bisa dipenuhi setelah kebutuhan primer dipenuhi, dan ini tidak wajib, seperti, rumah yang bagus, mobil, motor, dan peralatan lainnya.

Kebutuhan dan keinginan memiliki perbedaan.

Kebutuhan adalah fungsi dasar atas sesuatu yang secara esensial diperlukan: makan untuk memenuhi nutrisi, tempat tinggal untuk istirahat, transportasi untuk bekerja, pendidikan untuk masa depan anak dan lain-lain.

Sedangkan keinginan adalah semua fungsi tambahan yang jika tidak ada sebenarnya tidak mengganggu hidup Anda akan tetapi Anda mengharapkan untuk bisa mendapatkan fungsi tambahan tersebut. Rumah yang besar dan mewah, makanan enak dan mewah, mobil baru, dan seterusnya. Keinginan seringkali merupakan perwujudan untuk menegaskan status sosial seseorang sekaligus membuktikan kepada orang lain bahwa dia mampu memilikinya.

Aliran-aliran psikologi perkembangan yang utama :

aliran asosiasi : John Locke berpendapat bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih yang kemudian diisi dengan pengalaman. Pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan panca indera, yang menimbulkan “sensasi”. Pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin dalam diri sendiri yang menimbulkan “reaksi”.

Aliran Gestalt melihat bentuk secara keseluruhan. Perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi ini yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.

Aliran sosiologis adalah aliran yang mengatakan tarzan bukanlah manusia karena dia tidak bersosialisasi dengan manusia lainnya. Teori perkembangan ini menyebutkan anak manusia mula-mula bersifat a-sosial , dan sedikit demi sedikit bersosialisasi.

perkembangan intelektual remaja

ada dua tahap perkembangan intelektual remaja :

Deduktif Hipotesis, cirinya adalah;
  • Mengawali pemikiran bersifat teoritis.
  • Menganalisis masalah.
  • Mengajukan cara menyelesaikan masalah.
  • Mengajukan pendapat/prediksi/proporsi.
  • Mencari hubungan antara proporsi.

Berpikir operasional dan kombinasoris, cirinya adalah ;

  • Remaja melakukan pengujian hipotesis dan berpikir ilmiah dalam memandang masalah.

Implikasi pada pendidikan :

  • Memberi kesempatan untuk diskusi, memberikan tugas penulisan masalah.
  • Mengamati kecenderungan siswa untuk berpartisipasi.
  • Jangan membatasi pengetahuan dan kecakapan mereka untuk memanfaatkan yang diketahui.
  • Diskusi dapat membantu meningkatkan pemahaman.
  • Guru dapat menjelaskan konsep yang abstrak secara simpatik.
  • Memberi peluang untuk melakukan penjelajahan.

konsep dasar MPD

Pengertian Manajemen : Menurut R. Terry : Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

Pengertian peserta didik : peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur (formal, informal, nonformal) jenjang (dasar, menengah, tinggi) dan jenis pendidikan (umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, khusus) tertentu

Fungsi Manajemen Peserta Didik :

Fungsi manajerial, yaitu fungsi-fungsi manajemen pada umumnya, meliputi planning, organizing, actuating, controlling (POAC).

Perencanaan :

  • Pemilihan dan penetapan tujuan
  • Analisis kohort : menjelaskan akibat yang terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti selama jangka waktu tertentu
  • Penentuan :  Strategi Kebijakan Program Prosedur Metode System Anggaran Standar yang dibutuhkan

Pengorganisasian :

  • Penentuan sumber daya dan kegiatan untuk mencapai tujuan perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau tim kerja
  • penugasan tanggung jawab tertentu

Pelaksanaan :

  • mengarahkan orang agar mau bekerja, mengkomunikasikan setiap masalah yang dialami atau kegiatan yang sedang dikerjakan
  • memberikan motivasi, serta disiplin disetiap kegiatan yang sedang dikerjakan

Pengawasan :

  • untuk melihat apakah suatu tujuan yang telah direncanakan dan dijalankan tercapai ?
  • agar tidak mengulang kegiatan-kegiatan yang tidak dibutuhkan
  • penetapan standar
  • penentuan ukuran kinerja
  • pengukuran hasil pelaksanaan : dibandingkan dengan standar, dan pengambilan tindakan
  • koreksi : bila ada penyimpangan.

Fungsi Operasional meliputi rekrutmen, penempatan, orientasi, pengembangan, bimbingan dan konseling, fasilitas dan layanan, pemberhentian

Rekrutmen :

  • Seleksi yaitu langkahsekolah melaksanakan tes-tes (psiko, TPA, performance), wawancara, evaluasi medis, keputusan hasil seleksi.
  • Penempatan yaitu sekolah melakukan penempatan kelas, atau penempatan jurusan

Orientasi :

  • Orientasi bertujuan mengenalkan siswa terhadap lingkungan sekolahnya dengan memberikan materi-materi tentang sejarah sekolah, hak dan kewajiban, fasilitas, personalia, tata krama. Yang biasanya diadakan sebelum kegiatan belajar mengajar.

Pengembangan:

  • Kurikuler
  • Co kurikuler
  • Ekstra kurikuler
  • Organisasi

Bimbingan dan konseling

  • Memberikan pengarahan kepada siswa tentang penyelesaian studi dan pengembangan karir
  • Memberikan motivasi untuk mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimiliki siswa
  • mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, serta lingkungan kerja.

Fasilitas dan layanan

  • diberikan kepada peserta didik agar dapat memudahkan mereka, fasilitas dan layanan yang diberikan antara lain :
  1. Beasiswa
  2. Kantin
  3. UKS, klinik dan dokter kecil
  4. Sarana olahraga dan seni
  5. sarana ibadah

Pemberhentian

  • Drop Out(DO), pemberhentian secara tidak hormat karna melakukan pelanggaran berat
  • Mutasi atau dipindahkan
  • Kelulusan

Rabu, 07 Oktober 2009

Kondisi Belajar Peserta Didik Perlu Perbaikan

Sukabumi (ANTARA News) - Terkait rencana pemerintah untuk menaikkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dalam APBN nanti, Federasi Guru Independen Indonesia mendesak perbaikan kondisi belajar peserta didik dan guru karena biaya pendidikan saat ini mahal dan kesejahteraan guru kurang memadai.

"Kami menuntut pemerintah untuk memperbaiki kondisi belajar peserta didik dan guru yang saat ini kurang memadai," kata Sekjen DPP FGII, Iwan Hermawan ketika dihubungi dari Sukabumi, Minggu.

Menurut dia, saat ini biaya pendidikan sangat mahal, sehingga banyak peserta didik yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya.

Ia menjelaskan, masalah mahalnya biaya pendidikan dari tahun ke tahun tidak pernah tuntas dan hak masyarakat atas pendidikan yang mestinya dibarengi dengan kewajiban/tanggung jawab pemerintah atas biaya pendidikan bagi masyarakat belum juga terpenuhi.

"Hampir di setiap tahun ajaran baru orangtua peserta didik masih mengeluhkan banyaknya pungutan biaya yang harus ditanggung. Mulai dari biaya masuk sekolah, iuran bulanan, sampai biaya pembelian buku-buku pelajaran dan biaya-biaya lainnya," katanya.

Minimnya dana yang dialokasikan pemerintah menyebabkan fasilitasi pembelajaran di banyak satuan pendidikan/sekolah tidak terpenuhi dengan baik, sehingga kondisi belajar peserta didik jadi terabaikan.

Selain itu, kondisi kerja guru pun banyak terabaikan karena guru yang berkualitas dan sejahtera yang menjadi bagian dari hak anak atas pendidikan masih jauh dari harapan padahal secara yuridis perlindungan atas kondisi kerja guru yang baik sudah ada.

"Seperti yang tertuang dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen," katanya.

Dengan adanya rencana pemerintah tersebut diharapkan kondisi belajar peserta didik memadai, seperti membebaskan biaya pendidikan hingga pendidikan menengah, menyediakan buku gratis bagi seluruh peserta didik, perbaikan gedung sekolah dan mencukupi fasilitas pembelajaran.

Sementara untuk memperbaiki kondisi kerja guru, kata dia, pemerintah perlu menyediakan subsidi UMP/UMK bagi guru-guru non-PNS/swasta, menyediakan tunjangan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) untuk guru-guru non-PNS/swasta.

Disamping itu, juga memberikan kepastian perlindungan hukum bagi guru dengan menghapuskan sistem kontrak di semua satuan pendidikan dan memberikan kepastian perolehan hak guru atas tunjangan profesi dan tunjangan lainnya, demikian Iwan Hermawan.(*)

COPYRIGHT © 2008 ANTARA

PubDate: 14/09/08 17:43

Jumat, 25 September 2009

Catatan anak kuliah

Jakarta, h-3 sebelum lebaran 1430 H

sambil nunggu buka dan mikirin makanan apa yang paling enak buat jadi pembuka sore nanti, maka saya browsing internet ditemani dengan kursi yang empuk. Layaknya remaja muda perkotaan yang dilanda demam internet, maka saya pun ga mau ketinggalan, oke hal yang pertama saya lakukan adalah mengetik sebuah situs yang diakses oleh 300juta penduduk dunia, dan telah menjadi ritual yang harus dilakukan oleh pengguna internet sekarang ini, maka saya ketik dengan pasti triple double "u" aliasa www.facebook.com
Disitu ada fakta mengerikan yang akan membayangi setiap langkah saya selama satu semester ke depan. Ketika saya klik inbox di situs tersebut ada serangkaian kata-kata yang berbunyi :
UNTUK MAHASISWA MP-08, YANG IKUT KULIAH MPD
Share Wed at 7:36am

1. Alamat blog anda harus tertulis di link pada account fb anda.

2. Alamat blog sudah harus tertulis selambat-lambatnya 10 oktober 2009



3. Halaman (page) blog anda, minimal 3 bagian: (a) res...ume perkuliahan
yg ditulis secara naratif, min. 500 kata, (b) hasil download artikel
dari internet terkait materi kuliah , jangan lupa masukkan alamat situs
yang anda kutip, dan (c) profil diri yang menceritakan diri selengkap
mungkin (pendidikan, prestasi, keluarga dll)



4. Anda diperkenankan mem-posting gambar atau foto, tetapi harus sesuai dengan topik atau materi yang di-posting.

5. Selain alamat blog pribadi, pada fb anda juga harus link dengan blog:

a. www.asosiasicibinasional.wordpress.com
b. www.pendidikanlayanankhusus.wordpress.com

6. Anda harus masuk menjadi member di group:
a. Pendidikan anak cerdas/berbakat istimewa
b. Komunitas kajian ilmu MP – KOKI MP
c. Cugenang Gifted School

Selamat menikmati liburan dan selamat Idul Fitri 1430 H

Maka dimulailah hari-hari untuk mencari cara dan bantuan untuk menyelesaikan tugas ini. Petualangan saya baru saja dimulai.....