Minggu, 29 November 2009

kilas balik

1.1 "their own secret colours" bakat yang diketahui dan bakat yang terpendam : tantangan dari yang tak terduga

Saya tidak pernah menganggap saya pintar, tapi sekarang saya pikir mungkin saya pintar
(seorang murid di kelas berbakat dan istimewa DfES Excellence)

Seseorang yang yakin itu benar, itu akan menjadi benar, atau menjadi benar dalam pikiran orang itu (whatever one believes to be true either is true or becomes true in one's mind) (John Lilly, the centre of the cyclone)

Dalam inti buku ini tersimpan kenangan saya pada Robert, seorang anak berusia 10 tahun yang saya ajar di Hampshire lebih dari satu dekade yang lalu. Robert anak yang besar dan dianggap seorang yang bully oleh anak-anak lainnya, dan dia menantang (memberontak) dalam kelas. dia memiliki kesulitan belajar, kalau tidak bisa dibilang buta huruf. dan beberapa minggu sebelum akhir tahun ajaran, saya menemukan kalau dia berbakat. tdak berbakat secara global, tidak secara psikometrik atau ber iq jenius, tetapi tetap, berbakat. saya menemukan bakatnya secara tidak sengaja. sekolah kami berpartipasi dalam lomba puisi W. H. Smith di sekolah, dimana sekolah telah membawa pujangga David Orme ('manggo chutney') untuk bekerja bersama anak kelas 5. dan sebagai salah satu latihan mereka dalam menulis puisi, anak-anak kelas 5 pergi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi alam sekitar sekitar sekolah untuk mencari inspirasi. mereka melukiskan apa yang ada disekitar mereka, beberapa mencatat, menggambar sketsa, melihat pohon, dedaunan dan serangga dalam berbagai sudut dan pencahayaan, bermain dengan bahasa, tertawa dan bersenang-senang. Dan mereka kembali ke kelas mereka untuk menuangkan pemikiran, catatan, persepsi dan refleksi dalam sebuah puisi. saya bersama Robert dan grupnya selama mereka diluar, kebanyakan untuk mengurus kecenderungannya untuk mengganggu anak-anak lainnya, tetapi ketika kembali ke kelas, perhatian saya teralihkan oleh anak-anak lainnya. pada saat saya datang ke meja Robert, dia sedang menulis kalimat yang dapat dibaca, walau dalam kecenderungannya ia salah eja dan tulisannya yang cakar ayam. saya bertanya padanya apa yang sedang dia tulis, dan ada jeda beberapa saat sebelum ia akhirnya berhasil menyusun kalimat dalam pekerjaannya. lalu ia menjawab, dalam suaranya yang kecil dan lambat-lambat hingga hampir saya tidak dapat mendengarnya, 'even the winter leaves have their own secret colours.' (bahkan daun musim dingin pun memiliki warna rahasianya sendiri).

Dan itu dia. satu kalimat. tapi kalimat yang luar biasa!. saat itu adalah di tengah musim panas, dan Robert menemukan dan mempelajari daun musim dingin yang terpencil dan membusuk. dan dalam observasi dan lantunan lambatnya, robert menangkap sebuah gambaran yang mengandung metafora yang paling tenang dan hati-hati. dia berkata 'saya yakin pak Hymer memperhatikan saya. saya tahu saya tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik, tetapi dalam beberapa situasi, saya bisa melakukan sesuatu yang dapat membuat anda terpana'. usaha terbaik anak-anak dikumpulkan dan diterbitkan secara lokal dalam sekolah, dalam sebuah antology yang berjudul "their own secret colour". dengan bantuan David Orme, Robert mengenalkan antologi pada para orang tua dalam peluncuran offisialnya. dia kemudian memberi tahu saya bahwa itu adalah pertamakali nya dia dimintai tolong untuk melakukan sesuatu yang luar biasa penting. momen yang luar biasa ini sekaligus titik balik perubahan sikap dan performanya di sekolah yang sangat mengejutkan. dia memandang dirinya sendiri sebagai seorang pujangga, sebagai seseorang yang dalam keadaan yang tepat dapat menghasilkan rangkaian kata yang mengagumkan. dia tetap bergumul untuk dapat membaca, menulis dan menguasai konsep pelajaran dengan kecepatan teman-teman sekelasnya, tapi bullying yang dilakukannya sudah berhenti, dan pertemanan dan rasa hormat antar teman pun tumbuh dan Robert berjalan sekeliling sekolah dengan percaya diri yang matang. tampaknya dia menjadi anak yang saleh. dan bila itu adalah efek dari persepsi Robert sendiri, siapa saya hingga saya bisa mengecewakannya dengan mengatakan hal-hal negatif? beberapa minggu kemudian tahun ajaran sekolah berakhir. saya meninggalkan sekolah dan pergi dari kota itu. saya tak tahu ia akan menjadi seperti apa.

apakah Robert berbakat? lebih spesifiknya, apakah dia seorang pujangga berbakat? bisakah seseorang mengatakan tanpa "dalam situasi yang tepat", ia akan mendapat inspirasi pujangga yang sama? apakah bakat yang sejati tergantung pada demonstrasi bakat seiring waktu, jika tidak rutin, lalu lebih dari satu kali kesempatan? untuk saya sendiri, saya hanya tahu, pengenalan Robert pada prestasinya telah menciptakan efek domino, yang bagaimanapun juga bersifat sementara. pengalaman ini menyisakan saya 2 pertanyaan yang menganggu: pertama, bisakah saya mengetahui potensi seorang anak? dan yang kedua, kalau jawaban dari pertanyaan pertama adaalah tidak, (dan tidak adanya hubungan samasekali antara robert dan silsilah keluarganya yang menujukkan bakat pujangga mengalir dalam darah) bukankah saya memiliki tanggung jawab untuk menganggap tiap anak memiliki kapasitas untuk menunjukkan performa yang luar biasa? tentu saja, saya tidak perlu mengetahui kapan sampai sejauh mana atau domain mana kinerja luar biasa tersebut timbul, tapi saya harus mengijinkan diri saya sendiri untuk lebih sering terkejut. dan untuk ini terjadi, saya tahu ketika saya mengajar harus untuk membuang semua prasangka tentang kemampuan, namun didefinisikan dan kemudian berjuang untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan tantangan intelektual dan menyenangkan, aman dan memelihara emosi, dan besar kemungkinannya untuk perpanjangan untuk semua murid saya. pada titik inilah keringat dingin mengenai realita mengalir: apakah mungkin ini dijalankan dalam apa yang dipandang sebagai dunia nyata? saya akan berargumen dalam buku singkat ini bukah hanya hal ini mungkin (saya sering melihat guru yang berbakat melakukan ini lagi dan lagi, seringkali melewati semua rintangan), tetapi buah pengetahuan yang paling terkini mengenai penelitian tentang otak, pembelajaran dan kebutuhan dari peserta didik ( termasuk peserta didik yang berbakat dan istimewa) menuntut kami mencoba.

pertanyaan untuk di diskusikan :

  • bisakah kita benar-benar mengetahui potensi seorang anak?
  • apakah seorang anak dengan masalah kesulitan belajar yang serius dapat dikategorikan "girfted"?
  • apakah pendekatan inklusif untuk anak cerdas berbakat memungkinkan?

seleksi

Seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak, memadukan antara kebutuhan pelamar dengan kebutuhan organisasi, dalam hal ini adalah lembaga pendidikan.
Ada beberapa hambatan (tantangan) dalam proses seleksi, yaitu:

Ketidaksesuaian suply (terkait dengan ketersediaan calon), bila makin banyak pelamar, maka memungkinkan bagi lembaga untuk memilih yang terbaik, tetapi hal ini juga berarti menambah pekerjaan administratif, memerlukan waktu yang lebih banyak, membutuhkan sumber daya yang lebih banyak juga untuk melakukan proses seleksi, dan juga membutuhkan biaya yang lebih banyak hanya untuk proses seleksi.

Adanya halangan berupa ethis (etika) dalam hal ini, terjadi kesetaraan jender (berkaitan dengan sarana) lalu adanya family sistem, dimana beberapa pelamar yang mempunyai koneksi ”dimudahkan” oleh orang di dalam lembaga untuk masuk ke lembaga tersebut. Di Indonesia, sudah sering ditemukan adanya unsur KKN dalam proses seleksi, adanya sogokan, surat sakti, maupun letkol dan letjen (lewat kolong, lewat jendela). Untuk beberapa lembaga, tidak terdapat transparansi dalam hasil seleksi, hal ini dapat membuat beberapa calon menjadi kurang puas. Terkadang seleksi pun hanyalah sebuah formalitas, dalam hal ini calon/pelamar sebenarnya sudah dipastikan masuk lembaga tersebut, tetapi test seleksi masih tetap dilakukan.

Lalu hambatan yang terakhir adalah kondisi organisasi (organisasional) dimana organisasi yang melakukan proses seleksi memiliki keterbatasan sarana, pembiayaan, dan alokasi sehingga terkadang proses seleksi tidak berjalan maksimal.

Dalam proses seleksi, terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh agar seleksi berjalan optimal, yaitu seleksi administratif, dimana seleksi ini adalah untuk mengetahui secara administratif apakah calon pelamar telah memenuhi persyaratan administratif, hal ini mencakup pengisian formulir, kelengkapan dokumen pendukung seperti ijasah, nem, dkk, dan bukti pembayaran (jika ada). Setelah pelamar lolos seleksi administratif, barulah masuk ke test-test yang telah disiapkan. Test adalah alat bantu untuk memadukan kriteria yang diterima dengan kondisi pelamar. Test yang diberikan haruslah memenuhi standar (valid dan realible). Materi test haruslah mencakup : psikotes, pengetahuan (potensi akademik) dan performance dari pelamar. Tidak semua indikator yang ditetapkan bisa diukur melalui test, karena itu selain test juga ada wawancara seleksi, pemeriksaan referensi, dan evaluasi medis.

Wawancara seleksi. Wawancara seleksi lebih bersifat formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi hal-hal yang dapat diterima (acceptability) pelamar. Wawancara dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Terdapat beberapa jenis pertanyaan yang dapat diajukan selama wawancara, seperti tidak terstruktur, terstruktur campuran, problem solving, maupun interview stress. Dalam evaluasi wawancara, diperlukan acuan yang valid.

Pemeriksaan medis diperlukan untuk menunjukkan kesehatan calon, pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga secara manidiri atau menyerahkannya kepada lembaga kesehatan yang ditunjuk. Evaluasi medis bertujuan untuk mengurangi alokasi anggaran untuk kesehatan dan agar calon lancar mengikuti proses pendidikan tanpa halangan kesehatan.

Setelah dilakukannya proses seleksi maka harus ada pula keputusan penerimaan melalui media (papan pengunguman, surat, jaringan internet, telepon). Materi keputusan penerimaan dapat mencantumkan yang lulus, termasuk cadangan maupun yang tidak diterima juga dicantumkan.

Penempatan calon setelah keputusan penerimaan bertujuan menempatkan calon yang lulus seleksi pada kelas yang sesuai dengan kemampuan atau kondisi lain peserta didik. Penempatan berdasarkan homogen, heterogenitas, jadwal belajar, gender, dll.

Orientasi/Induksi bertujuan untuk memperkenalkan siswa baru terkait dengan hak dan kewajiban dengan organisasi maupun sesama siswa. Muatan materi orientasi antara lain : masalah-masalah organisasi, perkenalan, hak dan kewajiban, fasilitas, dan mekanisme, prosedur, ketentuan bimbingan, ujian.

strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran
Pengertian belajar :
Apa itu belajar? seluruh kehidupan manusia adalah proses belajar, dan belajar itu menjadikan kehidupan manusia lebih baik dan bermanfaat. Mengapa kita membutuhkan belajar? Karena selain menjadikan kehidupan manusia lebih baik dan bermanfaat, juga setiap agama mewajibkan umatnya untuk belajar, terutama kita bangsa indonesia yang ideologinya adalah pancasila, yang mewajibkan kita untuk beragama. Belajar jauh lebih efektif bila dilakukan secara berkelompok (kooperatif learning) dimana terdapat pendidik yang dapat kita jadikan salah satu sumber belajar.

Lantas apa pengertian pembelajaran? Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajara pada suatu lingkungan, dan merupakan sebuah kegiatan profesional, artinya tidak boleh dilakukan oleh orang sembarangan. Dalam pembelajaran, yang bisa dibilang penentu kesuksesan pembelajaran adalah proses, metode, dan keikhlasan pendidik dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Jadi yang dicari adalah pembelajaran kemudahan mendapatkan ilmu, bukan kemudahan mendapatkan nilai, seperti yang kita tahu, ”nilai” berbeda dengan ”ilmu”, ”nilai” hanyalah formalitas yang tertuang dalam kertas, tidak menentukan seberapa dalam ”ilmu” yang dimiliki seseorang.

Saat ini terjadi perubahan paradigma dalam pembelajaran di Indonesia, yang awalnya teacher centered (berorientasi pada guru) menjadi student centered (berorientasi pada siswa), karena inti dari sebuah pendidikan adalah peserta didik. Terjadi perubahan landasan, yang awalnya behavioristik (pembelajaran dimana murid terima saja apa adanya) ke konstruktivistik (pembelajaran dengan cara melihat apa saja yang sudah dimiliki untuk dikonstruksi menjadi sebuah bangunan pengetahuan). Landasan konseptual proses pembelajaran haruslah didsusun secara sistematik dan sistemik, harus jelas sebuah pembelajaran berawal darimana dan berakhir dimana, juga harus bertahap dari a ke b ke c dst. lalu harus terciptanya interaksi yang optimal antara peserta didik, pendidik maupun sumber belajar. yang terakhir adalah suasana yang mendukung proses pembelajaran, suasana yang menyenangkan, menantang, dan memungkinkan berkembangnya prakarsa peserta didik.