Kamis, 24 Desember 2009

prinsip dalam praktek, pasang surut, label dan lainnya

pertama, katakan pada diri anda sendiri apa yang anda inginkan, kemudian lakukan apa yang harus anda lakukan (Epictetus, Discourses)
riset dan penelitian telah gagal menemukan hubungan antara faktor genetik atau keturunan dengan bakat atau kecerdasan alami seseorang (michael Howe, Sense and Nonsense About Hothouse Children)

Dengan bantuan Barrow Community Learning Partnership (Education Action Zone) kesempatan telah muncul untuk mengeksplorasi dan menguji batasan-batasan dan kemungkinan dari prinsip prinsip yang diuraikan dalam bab ini, dan dengan demikian berusaha untuk memenuhi tantangan yang kini menghadang semua sekolah dan dinas pendidikan setempat : tuntutan dari dua agenda yang penting, yaitu meningkatkan prestasi dan mempromosikan inklusi. sementara dua agenda ini dapat dengan mudah saling bertentangan, tapi baik itu keyakinan maupun pengalaman kami mengatakan bahwa agenda ini tidak perlu melalui hukum alam menjadi kontradiktif. diberikan kerangka kebijakan yang memungkinkan mereka dapat saling mendukung. buku ini membantu untuk menetapkan sebuah kerangka, dengan harapan agar sekolah akan memilih untuk menerima tantangan kontemporer dari pengaturan untuk memenuhi kebutuhan semua siswa melalui penekanan pembelajaran cerdas berbakat istimewa, daripada pembelajaran tradisional, sepintas menarik tetapi pada akhirnya tidak memenuhi pendekatan test-dan-penempatan. kerangka ini tidak dimaksudkan untuk menjadi bersifat menentukan, dan berharap masing-masing sekolah maupun guru akan menggunakan kreativitas dan fleksibilitasnya masing-masing, sesuai dengan kebutuhan maupun kondisi di lapangan. tentu saja tidak ada satu sekolahpun dibawah the Barrow Community Learning Partnership yang akan yang akan mengklaim monopoli atas pencapaian dan inklusi dalam parameter kebijakan untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa, tetapi ada banyak yang memegang prinsip-prinsip ini dan menerapkannya secara otentik maupun dikembangkan lagi. mereka cenderung menjadi sekolah yang mengakui kenyataan dari pepatah Professor Joe Renzulli yang makin terkenal, yaitu 'pasang naik mengangkat semua kapal'.

dalam membela dan menetapkan tantangan dan kemungkinan dari sekolah inklusif yang benar-benar berdasarkan visi pendidikan cerdas berbakat istimewa, saya merasa perlu untuk mengidentifikasi dan menangkap beberapa posisi yang tidak buku ini pentingkan:
  1. semua anak memiliki kecenderungan menjadi luar biasa yang setara.
  2. prestasi di bidang kurikulum tradisional tidak pantas dirayakan.
  3. aktivitas pengayaan dan penyuluhan yang hanya melibatkan sebagian kecil siswa ke tingkat tertinggi tidak begitu diperlukan.
  4. ada kebaikan atau moral yang tinggi yang diperlukan untuk mendevaluasi konsep cerdas berbakat istimewa, atau keterkaitannya bahwa pendekatan ini lebih berhutang pada ambisi teknik sosial daripada kenyataan sosial.
  5. menerapkan kebijakan inklusif pada kenyataan itu mudah.

sebaliknya, secara berurutan

  1. tentu saja kita tidak dilahirkan dalam keadaan yang "sama". Michael Howe, senior penyangkal argumen determinisme genetik di dunia keberbakatan, memenuhi syarat pernyataannya mengenai kurangnya bukti penelitian penjelasan genetik untuk bakat alami dengan memberikan point "... akan benar-benar salah untuk menyimpulkan bahwa semua bayi lahir identik, sejauh ini prekursor (pertanda) dari perbedaan kemampuan saling terkait. memang ada perbedaan antara bayi, beberapa di antaranya mungkin bawaan dan mungkin turunan, yang dapat memiliki berbagai macam efek pada perkembangannya kemudian"(Howe 1990:112). hanya saja "outcome/output" dari perbedaan ini tidak tetap, tidak langsung, dan tidak dapat diprediksi. saya akan berargumen bahwa hanya melalui memproklamirkan universalitas dari perbedaan individu dan bakat untuk menjadi luar biasa (baik yang disadari maupun yang masih tertidur) yang dapat menyangkal kesetaraan dari keberagaman bakat anak-anak, menyarankan bahwa bakat Einstein setara/sama dengan bakat Picasso (atau sebaliknya) dan hanya dibedakan oleh domain prestasi, bagi saya terlihat absurd dan tidak relevan dan mengkhianati fiksasi(pendapat yang mendalam) abad ke duapuluh mengenai peringkat, dan mengukur yang tidak dapat diukur dan tak dapat digolongkan. dalam hal yang lebih sederhana, dalam tingkat sekolah, memandang bahwa bakat Paul dan Clare itu setara (dalam bakat apapun juga) tampaknya sama sekali tidak menolong.
  2. dalam mengidentifikasi, memelihara dan merayakan keberagaman bakat dan kecerdasan yang tak terbatas, adalah sangat mudah untuk memasukkan pencapaian dari seorang gadis yang mendapatkan selusin nilai A*GCSE sebagai sebuah manifestasi dari giftedness
  3. bagi kegiatan penyuluhan yang disusun secara hati-hati untuk melibatkan siswa pada tingkat intensitas yang sama, bagi saya tampaknya tidak mungkin : sejauh mana kita tertarik pada domain penyelidikan yang berbeda adalah sebuah pertanyaan standar. siapa diantara kita yang akan sama-sama tertarik pada penyelidikan di sekitar teori membran dan prospek dari dunia paralel, masa depan internet, dunia bawah tanah Victorian London, dan implikasi dari ungkapan Quaker, "speaking truth to power(bicara kejujuran pada kekuatan)" tapi siapa diantara kita yang tidak akan tertarik belajar sesuatu pada topik-topik ini?
  4. sebagai sebuah saran, dimana saya juga sensitif, bahwa sebuah pendekatan inklusif sejati untuk pendidikan cerdas berbakat istimewa sangat mendevaluasi dan mencairkan konsep cerdas berbakat istimewa yang membuat domain tersebut tidak bermakna, saya akan mengatakan bahwa hanya saya tidak memiliki minat pada istilah cerdas berbakat istimewa sebagai sebuah bentuk tato, yang hanya terukur dalam kulit pada beberapa diantara kita, beberapa diantara kita yang sangat berharga. label, bahkan budaya label yang positif, tidak dengan sendirinya memimpin pembelajaran; mereka lebih cenderung membatasi. tetapi sebagai sebuah papan penunjuk jalan pembelajaran yang mendalam, bergairan dah otentik, istilah cerdas berbakat istimewa. istilah cerdas berbakat istimewa mungkin akan menjadi penanda yang kaya ketika tidak dibatasi oleh kuota, aura maupun eksklusifitas dan bagi banyak orang hal itu layak untuk dikejar. pendekatan ini bukanlah tentang rekayasa sosial maupun pembenaran politik; yang jauh lebih menari bagi sebagian guru adalah pertimbangan pragmatis dari efektifitas dan kegunaan. saya kebetulan percaya bahwa bukti-bukti menunjukkan bahwa model inklusif lebih baik daripada model eksklusif. jika pada saat yang bersamaan perbaikan sosial dijelaskan dalam Salamanca Statement on Special Needs Education bisa didukung, maka akan jauh lebih baik.
  5. ini tidak akan pernah menjadi mudah. begitu pula dengan adaptasi dari konsep inklusif tentang cerdas berbakat istimewa menjadi sebuah argumen untuk kepuasan, sebuah rasa yang mengatakan "kita sudah menyediakan segalanya dengan baik untuk siswa cerdas dan berbakat, karena menurut pengamatan kami semuanya sudah berjalan dengan baik." kalau ada, sebagai mana yang guru reflektif tahu, proses dari perencanaan, implementasi dan tinjauan yang teliti bahwa inklusifitas memerlukan tuntutan banyak pengamatan, pemikiran dan refleksi daripada model tradisional dari tes-dan-penempatan atau tes-penempatan-tes. tantangan dari inklusi adalah tantangan yang menegangkan, yang dapat membuat kemudahan memberikan sesuatu berbeda untuk beberapa yang sangat menggiurkan. ini bukan sesuatu hal yang baru. dalam pemikirannya di "clever children in comprehensive school", Auriol Stevens (1980) membayangkan atraksi dari pengalaman pendidikan yang terpisah dan berbeda yang diwujudkan dalam, misalnya saja, munculnya akademi untuk kaum muda yang berbakat istimewa : "tugas ini berat. dan dibuat semakin berat dengan mengatur sistem alternatif untuk "menyelamatkan" yang cerdas dengan cara membawa mereka keluar dari sekolah biasa. permasalahan mungkin telah dipecahkan oleh sarana, tetapi tidak akan pernah. perhatian akan teralihkan oleh hal-hal yang rinci, pekerjaan yang sungguh-sungguh meningkatkan standar untuk semua memerlukan" (ibid.:164)
refleksi yang lebih lanjut dari sekapur sirih keistimewaan : dalam explorasinya dari sikap penulis kenamaan J. K. Rowling terhadap anak-anak, Ruth Moore, pimpinan dari National Association of Teachers of English (asosiasi guru Inggris) membuat referensi implisit pada pendekatan "pasang naik" ketika dia mengamati bahwa "J. K. Rowling mengingatkan kita dengan tegas bahwa setiap anak-anak biasa mampu mencapai suatu prestasi yang luar biasa. yang perlu kita ingat adalah setiap guru mampu membantu mereka mencapainya (times educational supplemen, 1 Feb 2002, Curriculum special : English:4). dan dalam edisi NAGC news baru-baru ini, koran untuk National Association for Gifted Children, seorang ibu dari anak remaja meulis : "kami beruntung. Nicola sekarang berada di sekolah dimana disana semua murid dipandang sebagai individu yang unik, dengan bakat dan potensi yang menunggu untuk dikembangkan" (NAGC news, Jan./Feb. 2002:17). universalitas dan pengenalan dari perbedaan individu, dihadapkan pada fleksibilitas dan perbedaan. nah, bukankah itu semua mengenai inklusi

Pertanyaan untuk didiskusikan
  • apakah standar dan "agenda" inklusi itu harmonis?
  • apakah nilai dalam rangking "berbakat"? dalam situasi yang bagaimana?
  • apakah konsep inklusi menurunkan nilai istilah berbakat?

Manajemen Kelas

Manajemen Kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Hal ini berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.

Masalah manajemen kelas biasanya meliputi masalah individual : Attention getting behaviors (perilaku mencari perhatian),Power seeking behaviors (perilaku menunjukkan kekuatan), Revenge seeking behaviors (perilaku menunjukkan balas dendam).Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Dan masalah kelompok yang biasanya ditandai dengan kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.ditambah dengan Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam manajemen kelas diantaranya :
  • pendekatan otoriter yaitu manajemen kelas dimana siswa perlu diawasi dan diatur
  • pendekatan intimidasi yaitu manajemen kelas dengan mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi
  • pendekatan permisif yaitu manajemen kelas dengan memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa
  • pendekatan resep masakan yaitu manajemen kelas dengan mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak
  • Pendekatan pengajaran yaitu guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan
  • Pendekatan modifikasi perilaku yaitu mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa
  • Pendekatan iklim sosio-emosional dimana guru menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa
  • Pendekatan sistem proses kelompok yaitu meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.
Moving Class

yaitu sistem belajar yang bercirikan siswa mendatangi pendamping belajar (guru) di kelas, filosofinya adalah, yang perlu ilmu mendatangi yang memiliki ilmu. siswa berada didalam suasana baru tiap akan belajar, siswa belajar di kelas yang didesain khusus untuk setiap mata pelajaran.

moving class bertujuan untuk memfalitisasi siswa dengan beraneka macam gaya belajar baik visual (contoh geografi), auditori (bahasa) maupun kinestetik (olahraga). selain itu moving class juga bertujuan untuk melatih siswa agar mandiri dan dapat bekerja sama dengan siswa lainnya. selain itu juga dapat merangsang aspek perkembangan pada siswa.Meningkatkan Disiplin Siswa dan Pendamping, meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.